Dirut Garuda: Kami Terpukul oleh Pelemahan Rupiah

Mantan Dirut Garuda Indonesia, Emirsyah Satar.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!
- Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar, Senin 16 Desember 2013, menyatakan bahwa seluruh industri penerbangan sangat terpukul oleh pelemahan rupiah yang terus terjadi sejak pertengahan tahun ini. 

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

Emir menjelaskan, hampir 60 persen biaya yang dikeluarkan perusahaan penerbangan menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat sebagai alat transaksi.
Prediksi Premier League: Fulham vs Liverpool


"Perusahaan
airline,
bukan hanya Garuda, hampir 60 persen itu ada biaya dalam dolar AS," ujar Emir di Jakarta.


Pelemahan rupiah, ia melanjutkan, jelas berdampak meningkatkan beban perusahaan penerbangan. Kondisi ini menimbulkan kerugian.


Emir tak menjelaskan lebih rinci mengenai jumlah kerugian yang dialami Garuda selama rupiah terus melemah. Namun, menurut dia, perusahaan maskapai penerbangan yang tak memiliki rute luar negeri merasakan beban sangat berat saat ini.


"Karena, depresiasi rupiah
year on year
sudah hampir 14 persen," kata Emir.


Sebelumnya, tekanan terhadap rupiah belum mengendur. Berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI) dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Senin 16 Desember 2013, rupiah dipatok pada level 12.105 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, posisi rupiah di level Rp12.081 per dolar AS.


Lana Soeliastianingsih, ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah yang terus terjadi disebabkan oleh faktor eksternal. Menurut Lana, pasar masih menunggu kepastian kapan Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mulai memperketat program stimulus moneternya.


Setelah sempat menunda menerapkan kebijakannya pada September lalu, hingga kini belum ada kejelasan dari The Fed akan menarik dana stimulus US$85 miliar per bulan untuk program pembelian obligasi itu.


"Spekulasi pun menjadi liar. Akhirnya, pasar melakukan antisipasi," ujar Lana kepada
VIVAnews.


Lana menilai, pertemuan para pejabat The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung pada 18 Desember 2013, dapat memberikan kepastian mengenai kebijakan pembatasan stimulus tersebut.


"Pasar mengantisipasi pada angka US$10 miliar. Jika penarikan stimulus kurang dari US$10 miliar, akan positif untuk rupiah," kata Lana. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya