Kelola Pelabuhan, Bos Pelindo II Pilih Cara Keras

Dirut PT Pelindo II, Richard Joost Lino.
Sumber :
  • indonesiaport.co.id

VIVAnews - Dirut PT Pelabuhan Indonesia/Pelindo II (Persero), Richard Joost Lino, memilih cara keras untuk memimpin. Cara itu dilakukan terutama dalam mengelola pelabuhan.

"Membereskan pelabuhan dengan cara kompromi? No way! I tell you. Itu harus keras," kata Lino seusai rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di DPR, Jakarta, Senin malam, 16 Desember 2013.

Lino mengakui tidak bisa menggunakan cara yang biasa digunakan oleh para pemimpin di perusahaan lain untuk membenahi pelabuhan. Menurutnya, bila pelabuhan sudah beres, silahkan mencari pemimpin yang lebih lembut.

"Nanti kalau sudah beres, Anda cari yang lebih 'soft', bukan yang kayak saya. Tapi, kalau sekarang saya soft, tidak bisa. Saya lawan semua orang. Lawan pengusaha (dan) lawan pemerintah dan dulu (pelabuhan) dijadikan lahan tidak karu-karuan," katanya.

Pria yang pernah bekerja di perusahaan yang nama lain Indonesia Port Corporation (IPC) pada tahun 90-an, ini mengklaim bahwa 2009, dia menantang para karyawannya untuk lebih "hidup" dalam bekerja.

"Organisasi ini tidak ada energi dan soul-nya. Saat itu, saya melihat mata karyawan seperti mau mati besok. Saya bilang ini organisasi apa? Saya bilang sebagian orang IPC ini seperti 'sampah'. Saya melakukan ini supaya mereka mau membuktikan bahwa mereka bukan sampah dan mau berubah," kata dia.

Sebelumnya, ada puluhan pegawai yang berniat untuk mundur dari perusahaan pelat merah ini. Beberapa hari yang diberitakan bahwa ada sekitar enam puluhan karyawan setingkat senior manager, manager, dan assistant manager yang berniat untuk melepaskan jabatannya di Pelindo II. Lino membantah adanya kabar tersebut.

"Bukan. Ada 22," kata dia.


Menjadi Dirut Pelindo II, Richard Joost Lino membanggakan dua hal ini kepada parlemen. Salah satunya adalah gaji karyawan yang sampai belasan juta rupiah.

"IPC (Indonesia Port Corporation--nama lain Pelindo II) berani membayar tinggi dan tertinggi di negara ini. Anak sarjana bekerja sudah dua tahun, diangkat. Tahun lalu, gajinya sebesar Rp14,5 juta," kata Lino.

Tidak hanya itu, dia juga membanggakan bahwa usahanya membenahi manajemen, membawa hasil yang memuaskan. Sebelum dia masuk, perekonomian di pelabuhan tumbuh di bawah 5 persen.

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

"Setelah saya 'bersihkan', pelabuhan tumbuh 25 persen dalam tiga tahun," kata Lino.

Pria asal Lembata ini pun mengatakan bahwa di bawah kepemimpinannya, perusahaan pelat merah ini mampu menaikkan peringkat kinerja pelabuhan dunia. "Ada perbaikan peringkat indeks logistik dunia, dari ranking 79 menjadi 54," kata dia.

Seperti yang diketahui, Lino masuk ke jajaran direksi Pelindo II pada 11 Mei 2009. Saat itu, dia ditunjuk oleh Menteri BUMN, Sofjan Djalil, yang kala itu menjabat sebagai menteri negara BUMN. Perusahaan pelat merah yang dia pimpin ini membawahi beberapa pelabuhan, seperti Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Panjang, dan Pelabuhan Cirebon.

Dok. Istimewa

Bareskrim Bongkar Sindikat BBM Pertamax Palsu, Manajer hingga Pengelola SPBU jadi Tersangka

Para pelaku dalam aksi krimnalnya mengubah bensin BBM Pertalite menjadi Pertamax. BBM Pertamax palsu itu pun dijual sesuai harga pasaran Pertamax.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024