Solidaritas Bermusik dalam "Slank Nggak Ada Matinya"

Album Slank Nggak Ada Matinya
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAlife - Bimbim (Adipati Dolken) dan Kaka (Ricky Harun) akhirnya menyadari, membentuk band yang bisa terus eksis tidaklah mudah. Meski sudah meluncurkan beberapa album, Slank, band mereka, masih saja gonta-ganti personel.

Berteduh Sambil Main HP, 3 Anggota TNI Tersambar Petir di Dekat Mabes Cilangkap

Pada 1996, giliran Indra Q, Pay, dan Bongky yang hengkang. Tinggallah Bimbim, Kaka, dan Ivanka (Aaron Ashab).

Mereka kemudian memanggil dua orang lagi, Abdee (Deva Mahenra) dan Ridho (Ajun Perwira). Ini sudah keempat belas kalinya mereka berganti formasi. Semua demi menjaga citra diri Slank. Bimbim dan Kaka tak mau band-nya dianggap bubar.

Depok Masuk Aglomerasi DKJ, Wakil Wali Kota: Semoga Lebih Banyak Positifnya

Berlima, formasi yang bertahan hingga kini, Slank keliling Indonesia. Tur sana-sini, dibabat habis. Masuknya Abdee dan Ridho makin membawa Slank ke puncak kejayaan. Padahal, awalnya mereka diberi syarat yang sulit: menguasai 35 lagu Slank hanya dalam tiga hari!

Nyatanya, kedua orang itu lulus seleksi soal musik. Mereka tetap menghidupkan nuansa rock n roll sesuai napas Slank selama ini. Namun, mereka masih harus ditantang beradaptasi. Abdee dan Ridho mesti bisa menyesuaikan diri dengan ritme hidup band-nya.

Drama Korea Crash Akan Tayang Perdana di Disney+ Hotstar pada 13 Mei 2024

Tur keliling daerah yang akhirnya menyatukan mereka. Dengan bertemu berbagai lapisan masyarakat, mereka lebih mengenal Tanah Air. Juga, saling mengenal satu sama lain. Dari situlah solidaritas bermula. Bimbim, Kaka, Ivanka, Abdee, dan Ridho jadi seperti saudara.

Mereka pun mengarungi belantika musik bersama. Berbagai penghargaan bergengsi mereka raih. Kecanduan Bimbim dan Kaka pada narkotika, tak menghalangi mereka berprestasi.

Sempat, Abdee dan Ridho berpikir untuk pergi, namun urung. Sebersit perasaan tak tega muncul, seperti akan meninggalkan saudara. Mereka memilih membantu Bunda Iffet, ibu Bimbim sekaligus manajer Slank.

Perjalanan Slank itu, terangkum lengkap dalam film Slank Nggak Ada Matinya. Film garapan sutradara Fajar Bustomi itu memang mengadopsi kisah nyata Slank, band legendaris Indonesia. Sembilan puluh persen nyata, dan sepuluh persen improvisasi.

Film itu sengaja dirilis berdekatan dengan ulang tahun ke-30 Slank tahun ini. Tak hanya menggelar konser “Slank Nggak Ada Matinya” di Gelora Bung Karno, Jumat, 13 Desember 2013. Grup band itu juga menggelar premier film, Rabu, 18 Desember 2013.

“Film ini Slank banget. Ada masa jahiliyah sekaligus masa kejayaan. Gue dan Kaka lagi hot-hot-nya fly, Abdee dan Ridho masuk. Mereka ditantang menyesuaikan diri. Situasinya gila, seru banget. Tapi, itu pembuktian Slank,” komentar Bimbim, drummer Slank.

Dengan masih eksisnya Slank hingga kini, itu membuktikan kekompakan dan rasa saling memiliki sebagai keluarga adalah kunci bertahannya sebuah grup musik. Lebih dari itu, mereka ingin memberi inspirasi perjuangan bagi para Slankers. Terutama, soal obat-obatan terlarang.

“Kami ingin menginspirasi seluruh anak Indonesia, seluruh anak band, semua ibu yang punya masalah sama dengan Bunda. Jauhi narkoba,” kata Bimbim tegas. Film ini rencananya tayang di bioskop-bioskop Indonesia, 24 Desember 2013. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya