Alasan Pemerintah Pilih Bontang untuk Proyek Kilang Minyak

kilang minyak
Sumber :
  • www.dpi.vic.gov.au
VIVAnews
- Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro, Kamis 13 Februari 2014, menyatakan bahwa proyek pembangunan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur menunggu kepastian kontrak dengan investor.


Menurut Edy, kilang akan dibangun di luas lahan sekitar 700 hektare. Kapasitas produksi kilang minyak baru ini diperkirakan bisa mencapai 300 ribu barel per hari (bph).


"Kalau investor maunya 300-400 ribu barel per hari, ya terserah," ujar Edy di Jakarta.
Ekonomi Global Semakin Seram, Erick Thohir Ungkap Sudah Mulai Terjadi Perang Tarif


PLN Indonesia Power Sabet Penghargaan dari World Safety Organization
Alasan Bontang dipilih sebagai kawasan untuk membangun kilang minyak karena dinilai memiliki infrastruktur yang mendukung. "Bontang itu dekat dengan pelabuhan," kata Edy.

Kabupaten Bekasi Sabet Juara Umum MTQ ke-38 Jabar, Pj Bupati: Kita Juara Lahir dan Batin

Selain itu, ada fasilitas lain yang mendukung kilang minyak, yaitu kompleks industri petrokimia. "Petrokimia itu hanya sebagai pemanis atau
sweetener
untuk meningkatkan produksi kita," tuturnya.


Menurut Edy, pemasangan tiang pancang atau
ground breaking
pembangunan kilang itu akan dimulai apabila kontrak dengan investor bisa didapatkan tahun ini. Proyek pembangunannya diperkirakan selesai 4 tahun dan diharapkan dapat beroperasi pada 2018.


Sebelumnya, pemerintah pada awal pekan ini telah melakukan konsultasi pasar (
market consultation
) di Singapura terkait dengan proyek pembangunan kilang minyak. Proyek yang ditawarkan yaitu pembangunan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur berkapasitas 300.000 barel per hari.


Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, yang ikut dalam acara di Singapura itu, kepada wartawan diĀ  Jakarta, Rabu malam, 12 Februari 2014, menjelaskan bahwa pembangunan kilang minyak ini diharapkan bisa meningkatkan penerimaan negara.


Menurut Bambang, ada 38 perusahaan besar dalam pembangunan proyek itu. "Nah, 38 perusahaan itu, kalau saya lihat didominasi dari Jepang, China, Timur Tengah termasuk Kuwait Petroleum Corporation dan Arab Aramco. Selanjutnya, dari Eropa dan
multinational corporation
, yang besar-besarlah," ujar Bambang. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya