Paska Dihujani Abu Kelud, Kualitas Udara Yogya Belum Membaik

Kendaraan melintas di dekat Tugu Yogyakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Noveradika
VIVAnews
Terpopuler: Kebiasaan yang Tidak Boleh Dilakukan di Mekkah sampai Alasan ke BaliSpirit Festival
– Kualitas udara di sebagian Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat 21 Februari 2014, masih buruk paska dihujani abu vulkanik Gunung Kelud. Hasil pengujian kualitas udara yang dilakukan Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas Geografi UGM menunjukkan kualitas udara di Yogya mencapai 1.249 mikrogram per meter kubik.

Jadwal Mobil SIM Keliling Jakarta dan Tangsel Minggu 5 Mei 2024

“Padahal ambang batas udara yang baik adalah 230 mikrogram per meter kubik. Artinya saat ini ada kenaikan hingga 6 kali lipat,” kata Koordinator Tim Manajemen Bencana UGM Prof Sudibyakto di Pusat Studi Bencana UGM.
Terpopuler: Tukang Parkir Naik Haji, Jasad Dalam Koper di Bali hingga Mahasiswa STIP Tewas


Penyebab kualitas udara di Yogya belum baik karena belum semua tempat bersih dari abu vulkanik. “Meskipun telah dilakukan pembersihan endapan atau sediman abu di permukaan tanah dan jalan aspal, masih ada abu di daun dan atap rumah yang belum terjangkau untuk dibersihkan,” kata Prof Sudibyakto.


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY dr Arida Oetami menyatakan, dengan kualitas udara yang masih belum aman, jumlah penderita penyakit turunan akibat abu vulkanik kemungkinan akan meningkat.


Ia pun berharap hujan akan membantu memperbaiki kualitas udara di Yogya. “Paling tidak, hujan dengan intensitas tinggi akan membantu mengurangi abu vulkanik,” ujar Arida.


Tony Agus Widjaya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika DIY mengatakan, intensitas hujan di DIY saat ini diprediksi turun dibanding Januari yang curah hujannya sangat lebat. “Meski turun hujan, kemungkinan tidak akan sebanyak di bulan Januari,” kata dia.


Untuk mencegah penyakit, Arida meminta warga Yogya tetap menggunakan masker dan kacamata saat keluar rumah. “Anak-anak juga tetap kenakan masker di sekolah karena abu dari atap sekolah dan pohon masih cukup banyak,” ujarnya. (umi)


Laporan: Ochi April, Yogyakarta
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya