-
VIVAnews - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh, mengakui bahwa saat ini kompetisi dalam menghadapi Pemilu 2014 sangat tidak sehat. Segala macam cara dilakukan oleh lawan politiknya, termasuk penyadapan.
"Konsekuensi itu harus kami hadapi," kata Surya Paloh saat mengikuti apel siaga di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu 23 Februari 2014.
Karena itu, kata dia, siapapun yang berpotensi disadap, termasuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan dia, harus mempersiapkan diri.
Lalu bagaimana antisipasinya?
"Kami mau apa lagi, saya bukan penguasa, doa saja, lakukan apa yang baik," ujar dia.
Isu penyadapan terkait politik ini mulai berkembang setelah Sekretaris Jenderal PDIP, Tjahjo Kumolo, mengungkap ditemukannya alat sadap di rumah dinas Jokowi.Keberadaan alat-alat sadap ini baru diketahui Desember 2013, setelah sekitar satu tahun Jokowi menetap di sana. Itu pun setelah disisir tim investigasi dari internal PDI Perjuangan. Kuat dugaan, alat itu disusupkan untuk mengetahui siapa saja tamu-tamu yang datang ke rumah Jokowi.
Penyisiran di rumah dinas itu, sebetulnya tindak lanjut dari banyaknya peristiwa di sekitar petinggi partai. Berawal dari penyusupan orang tidak dikenal di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Bali, saat pemilihan gubernur di provinsi itu.Ditambah, aksi penguntitan oleh orang-orang yang diduga intel guna memantau ketat segala aktivitas Megawati. (one)