"Surat Cinta" AM Fatwa untuk Jokowi

AM Fatwa
Sumber :
  • klubhatisehat.org
VIVAnews -
Dari Kristen ke Buddha, Akhirnya Marcell Siahaan Temukan Ketenangan di Islam
PDI Perjuangan mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden 2014. Keputusan ini mendapat banyak dukungan. Tapi tidak sedikit yang mengkritik.

Polisi Imbau Warga Datang Lebih Awal Jika Hendak Salat Id di Masjid Istiqlal

Kritikan itu salah satunya datang dari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) AM Fatwa. Mantan Wakil Ketua MPR itu menilai, Jokowi belum layak memimpin Indonesia. Apalagi jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta belum berakhir sebagaimana janjinya akan menuntaskan masa jabatan selama lima tahun.
Pesan Terakhir Korban Kecelakaan Tol Cikampek KM 58 ke Ibunya: Mah Aa Mau Pulang


"Saya kirim 'surat cinta' buat Jokowi. Ini kritik terbuka saya buat dia. Saya melihat kapasitas Jokowi masih belum mumpuni," kata AM Fatwa di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin 18 Maret 2014.


Politikus senior Partai Amanat Nasional itu mengaku menyesal karena telah mendukung Jokowi saat pilkada DKI 2012 lalu. Bahkan sebagai efek dari dukungan terhadap Jokowi, Fatwa mengaku sempat mendapat serangan dari kelompok lain.


"Sekarang dia meninggalkan DKI dengan begitu saja di mana tugas utamanya belum selesai," kata Fatwa.


Jokowi cium bendera usai umumkan jadi calon presiden dari PDIP

(Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mencium bendera usai menyatakan siap menjadi calon presiden dari PDIP, Jumat 14 Maret 2014)


Berikut surat dari AM Fatwa untuk Jokowi


SURAT CINTA TERBUKA


Kepada Yth.
Gubernur Joko Widodo dan
Wagub Basuki Tjahaja Purnama
di
Jakarta


Assalamu’alaikum dan Salam Sejahtera
   1.  Bersama ini saya sampaikan dua buku “Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta” serta “Bagaimana Mengatasi Banjir Jakarta”. Buku pertama merupakan hasil seminar dengan ucapan terima kasih atas sambutan Saudara Gubernur atas buku tersebut, setelah kurang lebih dua bulan saya menunggu sehingga penerbitannya menjadi terlambat. Namun materinya tentu tidak terlambat dan pasti bermanfaat.

   2.  Kedua buku tersebut akan saya edarkan ke seluruh Kementerian/Lembaga dan Unit-Unit Pemprov DKI serta Kelurahan/RW, agar masyarakat memahami dan punya perspektif, serta harapan positif bahwa masalah kemacetan dan banjir, meski tidak bisa dihindari, tapi pasti bisa diatasi atau diminimalisir. Seperti diketahui, materi seminar dari buku tersebut merupakan tinjak lanjut penggunaan hak bertanya 96 Anggota DPD RI tentang Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta Serta Keseimbangan Infrastruktur dan Moda Transportrasi Nasional, yang diperdebatkan pada Sidang Paripurna DPD RI, 29-11-2013 atas jawaban Presiden RI.

   3.  Sejak kampanye tahap kedua Pilgub DKI 2012 saya memberikan dukungan konstruktif, meski disertai berbagai risiko kesalahpahaman sementara publik terhadap saya. Namun dengan keyakinan dan perspektif serta penuh harapan, akan keberhasilan pasangan Jokowi-Ahok memimpin pembangunan Jakarta Baru yang diimpikan. Tiba-tiba saya merasa suasana hati yang sunyi, hampa, dan galau setelah adanya keputusan pencalonan Gubernur Jokowi menjadi Capres. Secara moral  dan etika demokrasi, tentu saya harus menghormati keputusan politik itu yang memang merupakan hak politik pribadi dan hak politik PDI Perjuangan. Namun secara tanggung jawab moral demokrasi dan asas kepatutan, saya menyayangkan bahwa Gubernur Jokowi telah mengambil langkah politik yang berbeda dengan janji politiknya semasa kampanye (poin 8 dari 19 Janji-Janji Jokowi-Ahok) “Akan Memimpin Jakarta Selama Lima Tahun” (jumpa pers di rumah Megawati Soekarnoputri 20/09/2012). Dalam pada itu, sebagai orang beragama, tentu kita menyerahkan hasil akhirnya kelak pada takdir Allah yang terbaik bagi rakyat, bangsa, dan negara.

   4.  Akhirnya, dalam kesempatan Saudara Gubernur/Wagub berkenan membaca kedua buku kecil ini, sudilah menyimak alinea terakhir dari Kata Penutup buku “Banjir Jakarta” yang saya tulis sebelum adanya keputusan politik pencapresan Saudara Gubernur. Betapa dengan segala harapan, kepercayaan, dan dukungan penuh saya akan keberhasilan Saudara Gubernur memimpin Jakarta; dan kalau sekian banyak surat yang berisi saran dan kritik membangun, termasuk sekian banyak SMS yang saya kirim tak satu pun yang dibalas—seperti juga saya dengar banyak keluhan serupa—kali ini, kalaupun tidak ditanggapi lagi, dengan kebesaran hati, saya lebih dulu memaklumi dan memaafkan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Jakarta, 17 Maret 2013


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya