Sarjana Pertanian Melimpah, Petani Muda Malah Minim

Sawah di Jember
Sumber :
  • http://goexperience.gonla.com
VIVAnews
Jadwal Final Indonesia Vs China di Piala Thomas dan Uber 2024
- Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (Pispi) memaparkan, minimnya tenaga kerja berusia muda di sektor pertanian. Insinyur pertanian pun menyarankan adanya regenerasi petani di Indoensia.

Anies soal Tawaran Bikin Partai Perubahan: Itu Kreativitas Orang di Medsos

Ketua Umum Pispi Arif Satria mencontohkan Jawa Barat. Di sana, kata dia, mayoritas petani berusia 44-60 tahun mencapai 53,33 persen. Sisanya, adalah petani yang berusia di bawah umur 44 tahun.
Reaksi Elkan Baggott Usai Ipswich Town Promosi ke Premier League


Di Sukabumi, petani yang berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 12,5 persen, usia 30-44 tahun sebanyak 41,7 persen, dan 45-60 tahun sebanyak 43,7 persen.


Sementara itu di Karawang, petani berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 14,2 persen, berusia 30-44 tahun sebanyak 60 persen, dan petani berusia 45-60 tahun sebanyak 25,3 persen.


Di Cianjur, petani yang berusia di bawah 30 tahun ada 7 persen, 30-44 tahun sebanyak 48,5 persen, dan berusia 45-60 tahun sebanyak 42,2 persen.


"Ada problem regenerasi petani di Indonesia. (misalnya), di Jawa Barat yang notabene sebagai lumbung padi nasional, hal ini harus dicermati," kata dia dalam diskusi bertajuk
Bedah Visi-Misi dan Program Aksi Capres 2014 Bidang Ekonomi dan Pertanian
di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Sabtu 21 Juni 2014.


Arif menuturkan, bahwa lulusan sarjana di sektor ini terbilang lumayan. Presentasenya lebih tinggi daripada negara-negara berkembang, bahkan negara maju sekalipun.


Mengutip data Pispi, data ini berasal dari data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada 2011, lulusan pertanian --termasuk sarjana perikanan dan peternakan-- yang dicetak di Indonesia sebanyak 3,32 persen dari jumlah lulusan sarjana.


Dia mengatakan, jumlah tersebut lebih banyak daripada Brasil (1,78 persen), Amerika Serikat (1,06 persen), Jepang (2,28 persen), Malaysia (0,58 persen), dan Korea Selatan (1,26 persen).


"Setiap tahun 34.000 lulusan pertanian. Kalau kita memiliki jumlah seperti itu bagaimana kita bisa memberdayakan sehingga mampu menopang ketahanan pangan," ujar dia. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya