Melangkah dengan Sepatu dari Pelepah Pisang

Sepatu pelepah pisang
Sumber :
  • VIVAnews/Harry Siswoyo

VIVAlife - Suminah, demikian nama ibu dua anak ini dikenal di Desa Harapan Makmur Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Sosok perempuan kelahiran Nganjuk, 46 tahun silam ini, mendadak dikagumi banyak pihak.

Ia berhasil membangun industri rumahan sepatu hak tinggi dan kerajinan tangan hanya dengan memanfaatkan bahan baku alami: pelepah pisang. Selama ini pelepah pisang yang dinilai sebagai limbah justru menjadi produk komersil di tangan Suminah.

FOTO: Sajian Unik, Mi Instan Sesuai Tampilan Bungkusnya

Berkat kesuksesannya itu, Suminah berhasil membuat desanya menjadi harum. Ia dianggap kreatif dan mampu memberikan alternatif tambahan pendapatan bagi warga di desa.

Diakui Suminah, usaha yang baru dirintisnya sejak dua tahun lalu tersebut, didapatnya setelah ia mengikuti pelatihan pembuatan sepatu di Sidoarjo, Jawa Timur.

Setelah itu, ia tergerak mencoba mengembangkan pengetahuan yang didapatnya. Namun, Suminah bereksperimen dengan menggunakan bahan baku limbah.

"Di belakang rumah saya banyak pohon pisang. Sebagian batangnya kadang terbuang sia-sia kalau sudah diambil buahnya. Jadi saya pikir coba dimanfaatkan, mungkin lebih menarik," ujar Suminah, Rabu 23 Juli 2014.

Awalnya, Suminah belum mencoba untuk menjadikan sepatu sebagai produksi utamanya. Ia hanya memproduksi tas, sendal, gantungan kunci atau bentuk kerajinan lain hanya dengan memanfaatkan pelepah pisang.

Menguak Persiapan Pernikahan Mewah Raffi Ahmad

Namun, seiring waktu ia mencoba membuat sepatu dengan bekal ilmu yang dimilikinya. Suminah pun mulai memberanikan diri dengan mengganti bentuk produksi menjadi sepatu berbahan pelepah pisang.

"Hingga kini, saya buat sepatu berbahan pelepah kulit pisang. Kalau untuk tas, paling sesuai pesanan baru dibuat," ujar Suminah.

Terima Penghargaan

Dituduh Pukuli Kekasih, Ini Pengakuan Aktor Korea

Sepatu produksi Suminah tak kalah dengan sepatu buatan pabrik meski dibuat dengan tangan. Ia pun sukses meraih nominasi terbaik dalam anugerah City Micro Award (CMA) yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2013 dalam kategori wirausaha mikro berwawasan lingkungan.

Semenjak itu, namanya melambung. Beragam pesanan pun datang. "Yang pesan banyak. Ada dari Gubernur Bengkulu, Jambi, Gorontalo dan beberapa kepala daerah lainnya. Sepatu saya juga pernah dipamerkan ke China. Tahun ini bahkan saya diundang ke Ukraina, tapi sepertinya waktu tidak memungkinkan, jadi sepertinya saya tidak akan ikut," kata Suminah.

Sepatu pelepah pisang

Sepatu buatan Suminah dari pelepah pisang. Foto: VIVAnews Harry Siswoyo

Hasil karya buatan tangan Suminah bila dibanding dengan merek sepatu impor memang harus diakui lebih murah. Rata-rata sepatuyang dibuatnya, dibanderol dari harga terendah Rp200 ribu hingga tertinggi Rp250 ribu.

Sementara untuk sendal, dibanderol dengan harga tertinggi Rp150 ribu. Ia mengaku enggan mematok lebih tinggi harga sepatu buatannya. Sekalipun, tak jarang kadang dalam pameran, banyak pihak yang menjual kembali sepatu buatannya dengan harga dua kali lipat.

"Ada yang jual Rp500 ribu dan laku. Tapi biarlah, sepatu ini kan yang beli cuma orang tertentu saja. Yang jelas, harga dari saya ya cuma segitu," kata Suami yang melakoni bisnis ini bersama suami dan dua orang anaknya.

Kini, Sumani tengah menggagas motif lain untuk bahan sepatu. Ia memanfaatkan motif kain besurek, yaitu kain motif asli Bengkulu yang bertulis Arab.

Sejauh ini ia mengaku, antusiasme pembeli cukup meyakinkan. Selain bahan bakunya juga mudah didapat di Bengkulu, pengerjaannya pun jauh lebih mudah dibanding dengan menggunakan pelepah pisang.

Untuk harga, sepatu bermotif batik basurek hanya dibanderol Rp60 ribu sementara untuk sepatu dengan kerumitan yang tinggi hanya dihargai Rp250 ribu.

"Segala sesuatu yang ditekuni itu pasti membuahkan hasil. Saya yakin ibu-ibu lain juga mampu membuatnya. Tinggal lagi menekuninya," ucap Suminah yang mengaku dalam sebulan bisa menjual sedikitnya 15 pasang sepatu. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya