Cara Petani Jaga Daya Beli di Tengah Musim Kemarau

Ilustrasi/Petani di ladang sawah padi menyebarkan bubuk pestisida
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVAnews
- Badan Pusat Stataistik (BPS) mengungkapkan, dorongan inflasi pada musim kemarau tidak akan terlalu besar. inflasi tinggi umumnya hanya terjadi di deerah pedesaan sentra pertanian, khususnya yang sistem irigasinya bergantung pada hujan.


Kepada
VIVAnews
, Senin 15 September 2014, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Sasmito Hadi Wibowo, mengungkapkan hal tersebut yang harus menjadi perhatian saat ini. Sehingga, fenomena alam ini tidak menekan inflasi hingga ahir tahun.

Tanggapi Ide Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Hasto Bilang PDIP Punya Tradisi 'Klub Kerakyatan'

"Pengaruh kemarau terhadap inflasi dan daya beli masyarakat, moderat saja. Kecuali, di daerah perdesaan, pertanian yang sistim irigasinya tergantung musim hujan," ungkapnya.
Informasi Sistem Penggajian Departemen Pertahanan Inggris Diretas


Perjalanan Luar Biasa Girona Hingga Tembus Liga Champions
Namun, dia menjelaskan, untuk mempertahankan daya beli, para petani yang terdampak musim kemarau punya cara tersendiri.

Umumnya mereka selama musim kemarau beralih profesi menjadi kuli bangunan di kota-kota sekitar.


"Karena upahnya relatif jauh lebih tinggi dibanding upah di sektor pertanian," ungkapnya.


Dengan upaya tersebut, menurutnya, para petani dapat tetap menyambung hidupnya di tengah penurunan pendapatan pada musim kemarau, karena kegiatan pertaniannya terganggu.


Pada bulan September ini, biasanya sudah masuk musim panen khususnya komoditas beras. Dia tetap optimis, jadwal panen tidak akan terganggu musim kemarau yang terjadi saat ini.


Dia menambahkan, sehingga di akhir tahun, persediaan barang komoditas pertanian khususnya beras, yang kenaikan harganya mendorong inflasi tinggi tidak akan terjadi.


"Panen padi biasanya di awal kemarau. Jadi, harga beras tidak signifikan terpengaruh kemarau," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya