Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
- Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada level 5.069 di awal pembukaan pasar, jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Joko Widodo - Jusuf Kalla, Senin 20 Oktober 2014.
"IHSG cenderung menguat pada perdagangan hari jelang pelantikan Presiden Terpilih Joko Widodo," ujar Agus Susanto Benzaenuri, analis Asia Finansial Network, kepada
VIVAnews.
Ia melanjutkan, sentimen bursa global yang menguat pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu, juga diharapkan mampu mendorong kenaikan IHSG. Beberapa bursa Asia pada awal perdagangan hari ini terlihat naik signifikan, setelah didorong perdagangan Wall Street akhir pekan lalu.
Baca Juga :
Batalkan Aksi Relawan Turun ke Jalan Jelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Prabowo Tuai Pujian
Menurut Agus, salah satu pejabat The Fed mengatakan seharusnya bank sentral AS menunda penghentian stimulus pembelian aset yang beredar di pasar. Sementara itu, Janet Yellen selaku Gubernur The Fed mengatakan bahwa bank sentral mengacu pada data ekonomi AS yang menunjukkan pemulihan sebagai dasar pengambilan kebijakan moneternya.
Ia menambahkan, data yang dirilis Pemerintah AS akhir pekan lalu menunjukkan bahwa pembangunan rumah baru tumbuh dan diikuti kenaikan indeks kepercayaan konsumen.
Pada akhir perdagangan pekan lalu, indeks Dow Jones menguat, didukung seluruh komponennya. Sedangkan indeks S&P naik dipimpin oleh sektor Industri. "Namun, secara mingguan, Wall Street terkoreksi terdalam sejak 2011 lalu," kata Agus.
Dow Jones menguat 1,63 persen ke level 16.380,41. S&P 500 positif 1,69 persen ke level 1.886,76. Nasdaq naik 0,97 persen ke level 4.285,44.
Indeks Nikkei di bursa Tokyo bergerak naik 3,10 persen. Bursa Eropa semalam ditutup positif. FTSE naik 2,85 persen DAX menguat 3,12 persen dan CAC naik 2,29 persen. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Agus, salah satu pejabat The Fed mengatakan seharusnya bank sentral AS menunda penghentian stimulus pembelian aset yang beredar di pasar. Sementara itu, Janet Yellen selaku Gubernur The Fed mengatakan bahwa bank sentral mengacu pada data ekonomi AS yang menunjukkan pemulihan sebagai dasar pengambilan kebijakan moneternya.
