Wanita Cenderung Menjadi Ilmuwan dan Insinyur

Presentasi.
Sumber :
  • iStock

VIVAlife - Penelitian menemukan, wanita cenderung menjadi ilmuwan dan insinyur karena mereka diajarkan untuk percaya bahwa profesi ini membutuhkan intelektual daripada kerja keras.

Mereka percaya temuan yang tercermin dalam representasi populer diwakili oleh karakter pria fiksi seperti Sherlock Holmes. Sementara itu, kecerdasan perempuan sering ditampilkan sebagai hasil kerja keras sebagaimana dicontohkan oleh Hermione Granger.

Para peneliti mendukung kesimpulan mereka dengan temuan dari survei 1.800 mahasiswa pascasarjana dan dosen dari 30 akedemis, menunjukkan bahwa perempuan secara signifikan kurang terwakili dalam mata pelajaran di mana guru-guru mereka menempatkan hal utama pada kebutuhan akan kepintaran bawaan.

"Kami tidak mengatakan kepintaran, atau menghargai kepintaran adalah hal yang buruk. Dan kami tidak mengatakan wanita tidak pintar atau menjadi pintar tidak membantu karier akedemik seseorang," kata Profesor Andrei Cimpian, seorang psikolog di University of Illinois di Champaign.

"Kami juga tidak mengatakan bahwa wanita kurang cerdas dibandingkan dengan pria. Tidak ada bukti yang meyakinkan dalam literatur bahwa pria dan wanita berbeda secara intelektual dengan cara yang relevan dengan keberhasilan mereka dalam bidang yang kami survei," kata Profesor Cinpian.

"Menurut hipotesis kami, perempuan di bawah representasi bukanlah hasil dari perbedaan aktual dalam kemampuan intelektual, melainkan hasil yang dirasakan atau diduga perbedaan antara pria dan wanita," katanya, seperti dikutip dari laman Independent.

"Wanita yang digambarkan sebagai intelektual cenderung seperti Hermione Granger, yang juga digambarkan sebagai pekerja keras dan rajin," kata Sarah Jane Leslie, seorang filsuf di Illinois yang mengambil bagian dari penelitian.

Para peneliti menemukan bahwa wanita memperoleh PhD lebih sedikit daripada pria dalam bidang akademik seperti fisika dan matematika yang menekankan perlunya untuk jenis kepintaran intelektual.

Kurang dari 30 persen fisika, astronomi, dan doktor ilmu komputer wanita dapatkan, sedangkan 60 atau 70 persen PhD di bidang pendidikan, psikologi dan antropologi wanita dapatkan. 

Dr. Leslie mengatakan, secara tradisional, kurangnya perempuan dalam profesi ilmiah tertentu penyebabnya ada tiga kemungkinan, kebutuhan untuk bekerja berjam-jam, kebutuhan bakat intelektual atau kebutuhan untuk berpikir secara abstrak atau sistematis. 

"Kami menemukan bahwa tidak satu pun dari hipotesis alternatif yang mampu memprediksi representasi wanita di seluruh spektrum akademik secara keseluruhan," kata Leslie. (art)

Baca juga:

Orang Berkeluarga Punya Karir Lebih Baik
Minni Solomons

Nenek 99 Tahun Masih Aktif Jadi Instruktur Aerobik

Dia telah menjadi pelatih fitnes selama 70 tahun.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2016