Setya Novanto, Dari Pengusaha ke Politik

Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Setya Novanto, lahir di Bandung 61 tahun lalu. Saat duduk di bangku kuliah di Surabaya, dan hidup terpisah dengan kedua orangtua dan saudaranya ini sempat menjadi pengusaha kecil-kecilan.

Mulai dari berjualan beras dan madu hingga kemudian, ia bergabung dalam sebuah perusahaan distributor mobil sebagai marketing. di perusahaan distributor mobil tersebut ia dipercaya sebagai kepala penjualan mobil di seluruh Indonesia bagian Timur. Tak dinyana, bisnis penjualan mobilnya tersebut suskes dan angka penjualan mencapai target yang telah ditetapkan.

Dari hasil jerih payahnya itu, pelan tapi pasti penghasilan Novanto pun meningkat. Ia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri di Surabaya, lebih dari itu Novanto pun mulai bisa membantu sang bunda bersama ke delapan anak-anaknya yang lain di Ibu kota.

Pimpinan DPR Nilai Sudah Cukup Bukti Jadikan Ahok Tersangka

Senang dan bangga dirasakan sang bunda akan keberhasilan sang putra. Namun, tentu kebahagian seseorang bukan hanya dilihat dari materi. Novanto rindu kebersamaan dengan sang bunda dan saudara-saudaranya yang lain. Ia teringat akan peribahasa jawa “Mangan ora mangan asal kumpul”.

Usai berhasil meraih gelar Sarjana Muda dari jurusan Akuntansi Universitas Widyamandala, Surabaya, Novanto memutuskan diri untuk kembali ke Jakarta, berkumpul bersama bunda dan kedelapan saudaranya. Ia duduk di kursi wakil rakyat selama tiga periode berturut-turut. Ia juga seorang pengusaha sukses yang mempunyai banyak perusahaan di Batam dan Jakarta. Siapa sangka kesuksesan itu berawal dari garis kemiskinan orang tuanya yang bercerai sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar.

Setibanya di ibu kota, Novanto memang sempat berkumpul bersama sang bunda dan keluarganya. Tapi itu tidak berlangsung lama, untuk meringankan beban ibunya ia memilih tinggal di rumah sahabatnya yang bernasib jauh lebih beruntung dibanding dirinya, Hayono Isman. Di rumah yang terletak di kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat itu meski tidak diminta, namun ia tak segan-segan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga mencuci mobil.

Berbekal penghasilannya di Surabaya, ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Melanjutkan perkuliahan, artinya semakin mendekatkannya dengan kata “sukses”. Ia tentu bangga dan senang dengan langkah yang telah diambilnya itu. Namun, di sisi lain, jantungnya pun mulai berdegup kencang tatkala melihat kenyataan tabungannya terkuras untuk membiayai perkuliahannya. Ia pun kembali memutar otak untuk dapat kembali mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Ide pun muncul, ia merintis bisnis foto kopian. Kalau Anda berpikiran, ia membuka kios foto kopian, itu salah besar. Karena pastinya, ia tidak memiliki modal untuk hal tersebut. Ia membeli buku-buku kuliah yang mahal, lalu difoto kopi dan hasil kopiannya ia dijual kepada teman-teman di kampusnya. Tidak hanya itu, ia juga menitipkan beberapa barang dagangannya ke kantin kampus. Keuntungan itu digunakannya untuk membeli dagangan lainnya, sambil membiayai perkuliahannya.

Hingga kemudian ia berkenalan dengan ayah salah seorang temannya, meminta Novanto untuk mengembangkan bisnis SPBU di sekitar Cikokol, Tangerang miliknya. Di sinilah, jiwa bisnis Novanto kian terasah. Berkat kejujuran dan keuletannya, SPBU tersebut berkembang menjadi besar.

Bukan manusia namanya jika sudah puas dengan kondisi yang ada. Selain mengelola SPBU tersebut, Novanto bersama beberapa temannya mulai mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang peternakan. Di sinilah ia mulai mengenal jasa bank. Ia mengajukan kredit untuk perluasan usahanya. Ia berhasil mendapatkan order pengadaan bahan baku kertas untuk salah satu pabrik kertas di Padalarang, Jawa Barat.

Kini sejumlah perusahaan di berbagai bidang, baik perhotelan, biro perjalanan dan lain sebagainya tercatat sebagai miliknya. Tentu, semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Berhasil menjadi pengusaha sukses membuat ayah dari empat anak ini ingin mencoba terjun pada dunia lain. Bertekad untuk bisa membangun bangsa ini dengan ikut menyusun kebijakan yang berpihak pada rakyat, itulah ia masuk dalam sebuah partai politik. Ia menjadikan Partai Golkar sebagai kendaraan untuk bisa mencapai tujuan utamanya, membangun bangsa.

Sebelum masuk Partai Golkar, ia terlebih dahulu bergabung dengan organisasi Bahumas Kosgoro dan PPK Kosgoro. Baru, kemudian menjadi kader dan masuk dalam dewan kepengurusan Partai Golkar. Lewat Partai Golkar itu jualah akhirnya Novanto terpilih menjadi wakil rakyat selama tiga periode secara berturut-turut. Di sini, Novanto berusaha untuk menyuarakan aspirasi masyarakat tidak hanya yang berada di Dapil (daerah pemilihan)nya, NTT melainkan juga aspirasi seluruh masyarakat Indonesia.

Tepat di peringatan hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2014 lalu, Setya Novanto secara aklamasi terpilih menjadi Ketua DPR RI yang baru. Menjadi ketua DPR tentu bukan akhir dari perjuangan Novanto, setelah itu sederet tugas harus diemban dan dijalankannya.

Jika ada peribahasa yang mengatakan “condong yang akan menongkat, rebak yang akan menegak” (pemimpin yang akan membantu, atau menjaga rakyatnya jika ada kesusahan yang menimpa rakyatnya) itulah prinsip yang akan selalu dipegangnya dalam berpolitik dan bernegara.

Alhasil, ke depan ia terus berharap dukungan dan bantuan dari seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjalankan prinsip hidupnya tersebut. (www.dpr.go.id)

Cita Citata Cabut Laporan terhadap Anggota DPR
Anggota Komisi VII DPR RI Aryo Djojohadikusumo

Komisi VII Dukung Upaya Pemerintah Perkuat Pertamina

Demi mencapai kedaulatan energi.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016