Fahri Hamzah, dari Aktivis Kampus ke Parlemen

Fahri Hamzah.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Lahir di Utan Sumbawa Besar, 1971, Fahri Hamzah adalah anak seorang petani . Fahri kecil tumbuh menjadi anak yang sehat, periang, dan suka bermain. Ia tumbuh di lingkungan keluarga dan masyarakat religius.

Mengawali pendidikan formalnya, Fahri bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, tahun 1978. Ia siswa yang cerdas. Selalu menempati ranking pertama di kelasnya hingga lulus SMA. Hampir semua pelajaran di sekolahnya ia suka, terutama mata pelajaran bahasa Indonesia. 

Setamat SD tahun 1984, Fahri melanjutkan ke SMP Muhammadiyah. Prestasi cemerlangnya terus berlanjut di SMP yang tak jauh dari rumahnya. Waktu terus begulir mengganti hari-hari Fahri di kampung. Tahun 1987 lulus SMP dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah. Dari SD sampai SMA selalu bersekolah di Muhammadiyah. Itu lantaran masyarakat di kampungnya mayoritas Muhammadiyah.

Selama bersekolah SMP hingga SMA, Fahri sudah memahami pentingnya bahasa asing untuk meningkatkan kapasitas pergaulannya kelak. Setamat SMA tahun 1990, Fahri kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, NTB. Fakultas itu yang terbaik dan favorit di kampusnya. Masa kuliah di NTB tak menyenangkan hati pemuda Fahri. Ia merasa terkungkung oleh lingkungan yang membuatnya jenuh.

Tak ada kemajuan berarti dari sisi peningkatan intelektualitas dan pergaulan. Ia ingin bergaul dengan orang-orang besar di Kota Jakarta. Atas saran kawan kuliahnya, Fahri diminta mendaftar kuliah di UI, Jakarta.

Pimpinan DPR Nilai Sudah Cukup Bukti Jadikan Ahok Tersangka

Pemuda Fahri kemudian mengikuti bimbingan belajar kembali, agar bisa lulus tes perguruan tinggi ternama di Indonesia itu. Keinginan merantau ke Jakarta sudah tak terbendung. Tekad sudah kuat. Tetapi, masih ada yang mengganjal niatnya itu. Ibundanya merasa berat hati, bila Fahri harus meninggalkan keluarga dan kampung halamannya. Apalagi, di rumahnya anak laki-laki cuma dua orang selebihnya perempuan.

Tetapi, pemuda Fahri tetap pada pendirian yang diyakininya benar. Ia ingin mendapatkan pencerahan dan meraih sukses di Ibu Kota. Doa dan impian terkabul. Ia diterima di Fakultas Ekonomi UI, pada 1992. Fakultas bergengsi dan elit. Waktu itu kampusnya masih di Salemba, Jakarta Pusat. Pemuda Fahri tinggal di Masjid Arif Rahman Hakim, masjid kampus. Ia menjadi pengurus masjid dan aktif dalam berbagai kegiatan dakwah kampus.

Tak ketinggalan, ia juga membina taman kanak-kanak di masjidnya. Bahkan, anak-anak jalanan di sekitar kampus, dia bina pula. Pemuda Fahri bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Apalagi, penguasaan bahasa asing dan kepiawaiannya berkomunikasi, membuatnya begitu mudah bergaul dengan kalangan elit terdidik di Jakarta.

Di kampus, Fahri dan kawan-kawan aktivis pers mahasiswa, aktif menerbitkan Warta UI, koran kampus yang sangat kritis. Koran tersebut kemudian dibredel karena menulis sisi gelap rektorat.

Selain di pers mahasiswa, Fahri juga pernah menjadi Humas dan Ketua Litbang, Senat Mahasiswa UI. Di Fakultasnya sendiri, Fahri adalah pendiri Forum Studi Islam FE UI. Di luar kampus, Fahri sempat magang menjadi wartawan untuk beberapa media, seperti Republika dan Suara Hidayatullah.

Lulus kuliah pada 1996, Fahri langsung bekerja di Program Extension FE UI. Di situ ia menyusun program perkuliahan sebagai staf pimpinan. Bersama Fahri, ada Zulkiflimansyah dan Mustafa Kamal yang sama-sama direkrut menjadi staf dan kini menjadi kawan satu partai di PKS.

Oleh Direktur Program, Fahri sering ditugaskan mencari dosen untuk mengajar di program tersebut. Di antara para dosen yang ia tugaskan mengajar adalah Jero Wacik mantan Menteri ESDM dan Anis Matta Presiden PKS sekarang.

Sambil bekerja di Program Extension, Fahri juga melanjutkan studi magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, akhir 1997.

Saat reformasi bergulir, Fahri menggagas berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Dia sebagai deklarator sekaligus ketua umum pertama. Bersama tokoh reformasi Amien Rais, Fahri berkeliling kota menghadiri berbagai pertemuan dan demonstrasi untuk menyuarakan pentingnya suksesi kepemimpinan nasional.

Aktif dalam gerakan reformasi mengantarnya ke panggung politik. Tahun 1998-1999, Fahri diangkat menjadi Anggota MPR RI. Dunia politik sudah tak asing bagi mantan Ketua Departemen Pengembangan Pemuda ICMI ini. Ia benar-benar terjun ke dunia politik secara total bersama Partai Keadailan (PK) sejak 1998 yang dideklarasikan bersama tokoh-tokoh yang sekarang menjadi PKS.

Tiga kali pemilu secara berturut-turut, mantan Wakil Ketua Fraksi PKS itu melenggang ke Senayan sebagai wakil rakyat dari dpil NTB. Periode pertama pada 2004-2009 dan dilanjutkan pada 2009-2014. Pada 2014-2019 merupakan priode ketiganya di DPR.

Cita Citata Cabut Laporan terhadap Anggota DPR

Kali pertama menjadi anggota dewan, Fahri berkiprah di Komisi VI yang membidangi industri, perdagangan, UKM, koperasi, dan BUMN. Lalu, secara berturut-turut pindah ke Komisi III dan Komisi VII. Fahri juga pernah ditugaskan di BAKN dan Badan Kehormatan DPR. (www.dpr.go.id)

Anggota Komisi VII DPR RI Aryo Djojohadikusumo

Komisi VII Dukung Upaya Pemerintah Perkuat Pertamina

Demi mencapai kedaulatan energi.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016