Oman Kritik Keras Keputusan OPEC

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi
Sumber :
  • REUTERS/Heinz-Peter Bader

VIVA.co.id - Negara produsen minyak non-OPEC terbesar di Timur Tengah, Oman bergabung bersama Venezuela dan Iran, mempertanyakan keputusan OPEC untuk mempertahankan output meski dengan anjloknya harga minyak mentah. Hal tersebut karena Oman sedang menghadapi masa-masa sulit akibat rendahnya harga minyak,

OPEC Berencana Tahan Pasokan, Harga Minyak Naik

Seperti diberitakan Reuters, Kamis 22 Januari 2015, Standard & Poor (S&P) memangkas outlook Oman menjadi negatif dari stabil pada tanggal 5 Desember lalu, terkait risiko bahwa penurunan harga minyak mungkin lebih dalam dari ekspektasi. Harga minyak mentah jenis Brent anjlok sebanyak 54 persen tahun lalu seiring OPEC mempertahankan target outputnya pada pertemuan tanggal 27 November.

Langkah OPEC tersebut bertujuan untuk mempertahankan bagian pasar tengah booming minyak shale AS yang menambah kelebihan suplai minyak global. Arab Saudi, negara produsen terbesar di OPEC, memimpin keputusan tersebut, sementara negara anggota lainnya, seperti Iran dan Venezuela menginginkan pemangkasan output.

Menteri Perminyakan Oman, Mohammed Al-Rumhy pada konferensi di Kuwait City menyampaikan bahwa dirinya benar-benar tidak dapat memahami bagaimana bagian pasar menjadi lebih penting daripada pendapatan.

Jelang Rilis Data Produksi, Harga Minyak Dunia Naik

“Kita telah menciptakan volatilitas. Dan, volatilitas buruk bagi bisnis," ungkapnya.

Al-Rumhy mengungkapkan, anggaran Oman di tahun 2015, di mana minyak dan gas alam mencakup 79 persen dari pendapatan pemerintah. Didasarkan pada harga rata-rata minyak mentah sebesar US$85 per barel di bulan November.

Pertemuan OPEC, RI Ingin Penguatan Harga Minyak

Adapun, produksi minyak Oman turun di bulan November menjadi 926,000 barel per hari, level terendah sejak Mei 2013. Demikian menurut data situs Joint Organisations Data Initiative website. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya