Harga Komoditas Tak Pasti, Emiten Tambang Kurang Bergairah

Investor Summit 2011
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Harga komoditas tambang masih bergerak tak pasti. Dalam beberapa tahun terakhir, emiten yang bergerak di bisnis pertambangan banyak menahan ekspansi.

Harga Komoditas Anjlok, PNBP Minerba Tak Capai Target

Menurut pengamat pasar modal, Andre Mahardika, emiten tambang hanya mencadangkan dana belanja modal (capital expenditure/Capex) yang tak terlampau agresif dibandingkan tahun lalu.

Beberapa emiten, katanya, memilih untuk diversifikasi ke sektor lain demi mempertahankan margin labanya.

Soal Saham, Ini Isi Pertemuan Kementerian ESDM dan Freeport

Andre mencontohkan, PT United Tractors Tbk (UNTR) terlihat masih pesimistis melihat harga batu bara tahun ini. "Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) itu tak memasang target tinggi untuk tahun ini. UNTR hanya menganggarkan belanja modal sebesar US$300 juta, sama seperti tahun lalu," terangnya kepada VIVA.co.id, Jumat 23 Januari 2015.

Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K. Loebis, mengatakan bahwa perseroan masih mengambil sikap berhati-hati. Ia pun tak yakin, kondisi batu bara akan membaik dengan cepat.

IHSG Landai, Ini Penyebabnya

"Kalau pun ada tren membaik, butuh waktu apakah perbaikan ini akan stabil. Makanya kami konservatif saja untuk tahun ini," jelas Sara.

Selain UNTR, Andre menyampaikan, emiten tambang yang masih mematok target konservatif adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). DOID, lanjutnya, hanya menganggarkan belanja modal sebesar US$56 juta, sedikit lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar US$40 juta.

Produksi batu bara DOID pun turun di tahun 2014 menjadi 30,9 juta ton. Sehingga, tahun ini, DOID memperkirakan volume hanya naik sekitar lima persen saja.

Emiten pertambangan pelat merah

Namun, Andre menerangkan, hal berbeda dilakukan emiten pertambangan pelat merah. Emiten tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedikit lebih ekspansif.

"Misalnya saja, PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Tahun ini, produsen batu bara tersebut cukup agresif dengan menganggarkan belanja modal sebesar Rp5 triliun. Jumlah itu naik tinggi dibandingkan capex tahun 2014 yang sekitar Rp3 triliun," tuturnya.

Begitu pula dengan PT Timah Tbk (TINS), yang juga menyiapkan dana investasi lebih tinggi, yakni sebesar Rp1,1 triliun untuk mendorong produksi. Belanja modal itu, naik dari target serapan tahun lalu yang sekitar Rp800 miliar.

TINS berharap, laba bersih tahun ini bisa naik 10-15 persen dari tahun lalu yang diperkirakan mencapai Rp566,59-Rp618,1 miliar. Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berambisi meraih keuntungan lebih tinggi dengan menganggarkan belanja modal sebesar US$220 juta, naik dari estimasi awal sebesar US$140 juta.

"Soal pendanaan, ANTM boleh lega, karena pemerintah akan menyuntik modal sebesar Rp7 triliun untuk ekspansinya tersebut. Untuk menyelamatkan margin laba, emiten tambang banyak yang melakukan diversifikasi bisnis. Misalnya saja TINS yang mulai masuk ke bisnis properti dan UNTR yang masuk ke sektor konstruksi. Sementara PTBA mendorong ekspansi di bisnis PLTU," jelasnya.

Andre pun mengungkapkan, ekspansi PTBA di listrik cukup menarik dan bisa mengerek margin lebih tinggi. Menurutnya, harga komoditas diprediksi masih akan turun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya