Momentum Kebangkitan Rupiah, Pekan Depan Tetap Melambung?

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id - Meski laju euro terus menunjukkan pelemahan, namun rupiah sepertinya tidak terpengaruh untuk ikut melemah. Bahkan, sentimen dari kenaikan kucuran stimulus (ECB) sebesar 60 miliar euro atau sekitar US$69 miliar dari rencana awal sebesar 50 miliar euro menjadi penyebab merosotnya euro.

Selain itu, jelang pemilu Yunani juga menjadi faktor pendorong turunnya euro pada pekan ini. Di sisi lain, penguatan rupiah justru didukung oleh meningkatnya peso Filipina, rupee India, dolar Taiwan dan won Korea.

"Penguatan pada rupiah dan mata uang lainnya seiring dengan adanya persepsi bahwa euro melemah akibat stimulus dengan memberikan ruang pada mata uang yang menawarkan yield lebih tinggi," ujar Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada kepada VIVA.co.id, Minggu 25 Januari 2015.

Reza mengungkapkan bahwa pergerakan pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat 23 Januari 2015, berada di atas target level resistance (batas atas) Rp12.447. Adapun, mata uang garuda tersebut ditutup dengan kenaikan tujuh poin atau 0,06 persen di level Rp12.444 per dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut dia, dengan masih adanya sentimen positif diharapkan mampu membawa rupiah dapat bertahan di zona hijau. Namun, lanjutnya, tetap perlu mewaspadai setiap potensi perubahan.

Untuk perdagangan pekan depan, Reza memperkirakan, rupiah tidak akan jauh bergerak di kisaran Rp12.447-Rp12.478 per dolar AS.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Baca juga:

BI: Ekonomi RI Bakal Tumbuh Lagi di Kuartal Ketiga
 Dolar AS dan rupiah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016