Popong Otje Djundjunan, Penuh Disiplin dan Berdedikasi

Popong Otje Djunjunan anggota DPR tertua dari fraksi partai Golkar
Sumber :
VIVA.co.id
Komisi VII Dukung Upaya Pemerintah Perkuat Pertamina
– Bicaranya lugas dengan aksen Sunda yang kental. Berdedikasi dan penuh disiplin adalah citra dirinya. Inilah Popong Otje Djundjunan, Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Golkar. Ia Anggota Dewan yang sangat rajin dan tepat waktu menghadiri berbagai agenda rapat di DPR.

Pimpinan DPR Nilai Sudah Cukup Bukti Jadikan Ahok Tersangka

Lahir di Bandung 30 Desember 1938, Popong adalah anak ketiga dari sebelas bersaudara. Di wilayah Tomo, Sumedang, Popong kecil pun mulai memasuki pendidikan formal pada usia 6 tahun. Waktu itu, ia masuk Sekolah Rakyat (SR) tahun 1944. Dahulu, bila ingin mendaftar masuk SR, seorang siswa harus bisa menyentuh telinganya. Bila tangan kanan sudah bisa menyentuh telinga kiri atau sebaliknya, calon siswa tersebut baru bisa masuk SR. Popong adalah siswa berprestasi di sekolahnya.
Cita Citata Cabut Laporan terhadap Anggota DPR


Tahun 1951, setamat SR, Popong melanjutkan ke SMP di Sumedang. Prestasi belajar Popong kian cemerlang di SMP. Semua mata pelajaran dia sukai, kecuali pelajaran menggambar. Nilai bahasa Inggris mendapat 10. Bahkan, ia dinobatkan menjadi bintang pelajar di sekolahnya. Karena prestasinya itu, Popong pernah menerima hadiah uang sebesar Rp50 dari Gubernur Jawa Barat saat itu, Sanusi Harjadinata. Nilai uang yang sangat besar ketika itu.

Ketika memasuki jenjang SMA, Popong muda hijrah ke Bandung, karena di Sumedang belum ada SMA. Ia melanjutkan sekolah di SMA Negeri 5 Bandung, tahun 1954. Pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, maupun bahasa Jerman sangat disukai Popong. Kecemerlangan prestasi Popong terus berlanjut. Ia tetap menjadi siswa terbaik di sekolahnya.


Lulus SMA tahun 1957, Popong akhirnya kuliah di Fakultas Ekonomi (FE) UNPAD. Dan saat itu FK ternyata sudah dibuka di UNPAD. Namun, Popong tetap tak bisa mendaftar, karena lulusan SMA Negeri 5 Bandung tak bisa masuk FK UNPAD.


Tahun pertama kuliah di FE UNPAD, tak membuat Popong semangat mengikuti perkuliahan. Ia tampak tak menyukai bidang ekonomi. Popong berusaha terus mengikuti perkuliahan. Sampai di tingkat 2, akhirnya ia tak kuasa juga untuk minta berhenti pada ayahnya. Lalu, mendaftar kembali di FKIP UNPAD tahun 1959 dengan memulai perkuliahan baru. Kali ini, ia tampak mulai menikmati perkuliahannya. Waktu itu, FKIP baru dibuka di UNPAD.


FKIP sendiri merupakan cikal bakal IKIP Bandung, yang kini menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Karena darah guru mengalir deras pada diri seorang Popong, dunia pendidikan jadi lekat dengan dirinya. Maklum, ayah dan ibunya adalah seorang guru. Kuliah di keguruan UNPAD baginya sangat menyenangkan. Di FKIP, Popong menekuni studi Sastra Sunda.


Memasuki perkuliahan tingkat 2, tahun 1960, Popong menikah dengan seorang Komandan Batalyon Siliwangi, Mayor Otje Djundjunan. Semasa aktif kuliah dan berumah tangga, ia rajin berorganisasi. Tak ada beban baginya bersosialisasi dengan banyak kalangan lewat organisasi. Dengan begitu, ia sangat dikenal di tengah masyarakat Bandung. Tercatat hingga kini ia aktif di sekitar 36 organisasi.


Namun yang langsung dia pimpin adalah organisasi Pasundan Istri, Balai Perguruan Putri, dan Forum Pembaruan Kebangsaan. Bahkan, sejak 1983 sampai sekarang, Popong aktif sebagai koordinator keluarga asuh para perwira siswa negara-negara sahabat yang sedang menuntut ilmu di Sesko TNI, Seskoad, Seskoau, dan Sespimpolri. Para perwira tersebut berasal dari Amerika, Australia, Brunei, Filiphina, India, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Papua Nugini, RRC, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.


Dunia politik bagi Popong sudah tak asing. Sejak masih remaja, ketika duduk di SMA, Popong sudah mengikuti Pemilu pertama di Indonesia tahun 1955. Ketika itu ia memilih PARKI (Partai Kebangsaan Indonesia) yang merupakan partai lokal. Memasuki Pemilu pertama di era Orde Baru tahun 1971, Popong juga telah aktif berpolitik. Ketika itu ia sudah bergabung dengan Golkar. Bahkan, pada Pemilu 1971, sempat ditawari menjadi calon anggota DPR RI, namun ia tolak karena harus mendampingi suaminya sebagai Wali Kota Bandung. Sang suami,Otje Djundjunan sudah diangkat menjadi Wali Kota Bandung dan Popong juga sudah dikaruniai empat anak yang masih kecil-kecil.


Dengan modal sosial yang tinggi karena sudah dikenal luas oleh masyarakat, akhirnya ia terpilih menjadi anggota DPR untuk pertama kalinya tahun 1987. Setelah resmi menjadi anggota DPR, Popong lalu ditempatkan di Komisi VIII yang waktu itu membidangi peranan wanita.


Lima tahun kemudian pada Pemilu 1992, kembali terpilih dan duduk di Komisi IX yang membidangi pendidikan. Selanjutnya, pada Pemilu di masa akhir Orde Baru tahun 1997, Popong terpilih lagi dan berkiprah di Komisi II.


Pasca reformasi Popong justru istirahat sejenak dari hiruk pikuk panggung politik selama 10 tahun. Memasuki Pemilu 2009, barulah ia kembali ke Senayan. Waktu itu Popong ditempatkan di Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Cimahi) yang persaingannya sangat ketat.


Mereka yang tak memiliki modal sosial tinggi, sulit mendulang suara di sini. Dan Partai Golkar mendapat satu kursi lewat suara yang diraih Popong sebanyak 25.260. Setelah resmi dilantik kembali menjadi anggota DPR RI, peraih Doctor Honoris Causa bersama dengan Jusuf Kalla dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2012 itu, duduk di Komisi X yang membidangi pendidikan.


Pada Pemilu 2014 ini, Popong terpilih lagi untuk periode keduanya secara berturut-turut di era reformasi, setelah sebelumnya di masa ORBA pernah tiga periode pula secara beruntun menjadi anggota DPR RI. Separuh hidup Anggota Dewan Penyantun UNPAD dan anggota MWA UPI ini, berada di panggung politik.


Bagi Popong, politik menjadi wahana pengabdiannya kepada masyarakat. Dalam menghabiskan usia senjanya ini, Popong bertekad untuk melaksanakan tugasnya di DPR dengan sebaik-baiknya. Selaku kader Golkar, dia juga punya motto: “Yang muda yang berkarya, yang tua tetap berkarya”. (www.dpr.go.id)


(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya