Harga BBM Tak Pasti Sulitkan Pengusaha Bus

SPBU
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Organisasi Angkutan Darat (Organda) Yogyakarta mendesak pemerintah mematok harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sebab, para pengusaha bus pariwisata kesulitan menentukan tarif sewa.

Cara Pasang Lebih dari Satu BBM dalam Satu Smartphone

Ketua Organda DIY Bidang Pariwisata Hantoro mengatakan, para pengusaha bus pariwisata mengeluhkan harga BBM bersubsidi yang tak stabil. Sebab, BBM merupakan komoditas yang vital untuk menentukan tarif sewa.

Untuk itu, Organda DIY mengusulkan agar harga BBM bersubsidi dipatok dalam satu tahun atau dalam satu kali anggaran APBN, sehingga ada kepastian usaha bagi pengusaha bus wisata maupun bagi pelaku usaha yang lain.

Ketersediaan LPG & BBM Jelang Lebaran, Harus Terkontrol

"Kalau harga BBM turun maka keuntungan bagi negara. Namun, ketika harga BBM melambung, maka tugas pemerintah untuk mensubsidi rakyatnya dengan keuntungan yang didapat," ujar Hantoro di Yogyakarta, Kamis, 29 Januari 2015.

Menurut dia, harga BBM bersubsidi yang tak menentu berdampak terhadap ketidakstabilan harga bagi biro perjalanan.

"Kami dari unit pariwisata sudah lebih dulu menaikkan tarif serta menurunkan tarif pasca pengumuman perubahan harga BBM. Kami tidak diatur dalam SK Gubernur, sehingga penyesuaian kenaikan dan penurunan tarif berdasarkan kesepakatan," Hantoro menambahkan.

Hantoro mengusulkan, pemerintah membuat harga BBM bersubsidi flat sesuai dengan APBN dalam jangka waktu minimal satu tahun.

Organda: Seluruh Angkutan Umum Bakal Berfasilitas AC

"Kalau fluktuaktif seperti sekarang ini semua repot," ujarnya mengeluh.

Harga BBM yang fluktuaktif menyulitkan pengusaha saat konsumen akan memesan bus untuk Mei atau Juni mendatang. Ini membuat iklim usaha menjadi tak menentu.

Meski tak diatur dalam SK Gubernur, pengusaha angkutan pariwisata diterapkan batas atas dan batas bawah untuk penyewaan bus. Untuk itu, pelaku usaha pariwisata menerapkan harga dengan menyesuaikan pasar.

"Kalau tidak menurunkan harga, kami diserang kendaraan dari Solo dan Semarang. Sebenarnya kami sebagai pelaku usaha dan konsumen hanya butuh kepastian," ujarnya.

Saat harga BBM naik, pelaku pariwisata menaikkan harga sewa 30 persen. Namun, setelah harganya turun, tarif sewa bus disesuaikan antara 15 hingga 17 persen.

"Karena setelah penurunan harga BBM ada beberapa hal yang belum mengalami penurunan seperti harga spare part, biaya servis," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya