Akhirnya, NASA Berhasil Rilis Satelit Pemantau Bencana

Satelit SMAP (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • www.space.com

VIVA.co.id - Setelah tertunda peluncurannya karena angin kencang dan masalah teknis, akhirnya Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil meluncurkan satelit khusus bernama Soil Moisture Active Passive (SMAP) pada Sabtu pagi waktu setempat. Peluncuran satelit tersebut dibantu dengan dorongan roket Delta.

Seperti diberitakan sebelumnya, satelit tersebut diharapkan dapat mengirimkan data dalam membantu mempersiapkan banjir dan kekeringan. [Baca: ]

Satelit SMAP akan mencapai orbit dengan ketinggian 430 mil dari permukaan bumi. Selama dua minggu, para ilmuwan akan senantiasa memeriksa dua instrumen satelit itu yang berfungsi sebagai kelembaban di dalam tanah, sehingga dapat menghasilkan peta global dengan resolusi tinggi.

Dengan data yang dikumpulkan, nantinya ilmuwan dapat meningkatkan prakiraan banjir dan pemantauan kekeringan di berbagai penjuru dunia.

"Data ini akan bermanfaat tidak hanya untuk para ilmuwan dalam mencari pemahaman yang lebih baik tentang planet kita, melainkan juga untuk iklim dan lingkungan yang merupakan perencanaan darurat dan membuat kebijakan," ujar Geoffery Yoder, Wakil Asosiasi Administrator untuk Program NASA, dilansir ABC News, Minggu, 1 Februari 2015.

Sekedar informasi, peta kekeringan dan banjir, pemerintah sering menggunakan prakiraan dari model komputer tanpa berbasis satelit. Dengan adanya satelit SMAP, pengukuran bencana alam akan terpantau secara real time.

Untuk pembuatan hingga peluncuran satelit SMAP, badan antariksa negeri Paman Sam itu harus mengeluarkan anggaran mencapai US$916 juta. Satelit tersebut diproyeksikan akan bertahan setidaknya sampai tiga tahun.

Selain satelit utama, dalam peluncuran tersebut juga terdapat, roket membawa tiga nanosatelit untuk penelitian Jet Propulsion Laboratory, NASA.

Baca juga:

NASA Uji Coba Kamera Baru Observasi Gerhana Matahari Total
Gambar model instrumen teleskop antariksa Kepler

Teleskop Penemu 1.000 Planet Rusak Lagi

Peneliti NASA belum mengetahui penyebabnya.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2016