Sumber :
- REUTERS/Olivia Harris
VIVA.co.id -
Presiden Joko Widodo menganggap data-data soal kemiskinan di Indonesia kerap sumir dan bahkan susah dimengerti. Presiden mengkritisi penggunaan kata 'miskin' dan 'rentan miskin' dalam data kemiskinan.
Pengkategorian semacam itu, menurut Jokowi, membingungkan. Padahal, menurut dia, dua terminologi itu menyebut pada kondisi yang sama, yakni kemiskinan.
Pengkategorian semacam itu, menurut Jokowi, membingungkan. Padahal, menurut dia, dua terminologi itu menyebut pada kondisi yang sama, yakni kemiskinan.
Baca Juga :
Jokowi 'Semprot' Ahok Soal Serapan Anggaran
"Sewaktu saya jadi Gubernur DKI Jakarta, disodori data statistik. Yang miskin 3,8 persen, yang rentan miskin 37 persen. Saya tanya, apa bedanya miskin dan rentan miskin? Yang jawab juga bingung. Sudahlah, jangan buat kata yang sumir dan absurd. Miskin ya miskin,” kata Jokowi, saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Rabu 11 Februari 2015.
Melansir laman
Sekretariat Kabinet
, Jokowi berpesan agar umat beragama bahu-membahu mengatasi kesenjangan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Soal pemerataan ekonomi juga disampaikan Jokowi kepada peserta sidang.
"Jadi yang penting sesungguhnya bukan pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya,” kata Presiden.
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Sewaktu saya jadi Gubernur DKI Jakarta, disodori data statistik. Yang miskin 3,8 persen, yang rentan miskin 37 persen. Saya tanya, apa bedanya miskin dan rentan miskin? Yang jawab juga bingung. Sudahlah, jangan buat kata yang sumir dan absurd. Miskin ya miskin,” kata Jokowi, saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Rabu 11 Februari 2015.