Ketika Gandrik Mengangkat Tangisan ke Pentas Drama

teater gandrik / Butet Kartaredjasa
Sumber :
  • dok pribadi

VIVA.co.id – Teater Gandrik kembali menampilkan lakon anyar mereka dengan judul Tangis. Pementasan ini berlangsung di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, 11 – 12 Februari 2015. Pentas drama ini juga akan tayang di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tanggal 20 – 21 Februari mendatang.

Gandrik merupakan teater kontemporer ternama, yang sering mengolah bentuk dan spirit teater tradisional dengan gaya modern. Kelompok yang beranggotakan seniman Indonesia, seperti Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, dan Susilo Nugroho ini, kini makin eksis di dunia seni pertunjukan nasional.

Kakak beradik Butet dan Djaduk, terus menampilkan karya dalam beragam bentuk. Misalnya sandiwara profesional yang berorientasi pada kesenian rakyat Indonesia, untuk diangkat dan digarap dengan pendekatan teater modern melalui Gandrik.

“Para seniman ini memang secara konsisten menghadirkan beragam pertunjukan, yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi. Mereka selalu mengangkat persoalan aktual yang sedang terjadi,” ujar Renitasari Adrian, Program Director dari Bakti Budaya Djarum Foundation, lembaga yang mendukung acara ini.

Tangis sebagai senjata

Pementasan ini berkisah tentang sosok (hantu) Sumir yang menakut-nakuti setiap orang yang ada di perusahaan Batik Abiyoso. Konon dulunya ia yang bukan siapa-siapa, tapi tiba-tiba meroket kariernya. Namun semua itu lenyap sejak ia memimpin demo buruh batik. Sumir hilang.

Tak ada yang tahu ke mana perginya, atau barangkali sengaja dihilangkan. Sementara itu, perusahan batik semakin hari semakin terpuruk karena praktek ngemplang para konsumen, yang tak lain adalah kaki-tangan partai dan perpanjangan tangan korupstor di pemerintahan. Maka isak tangisan meledak di mana-mana.

“Sudah sejak lama, air mata menjadi senjata berbagai rupa, mulai dari trik untuk mendapat iba, hingga pintu masuk untuk mendapatkan jabatan. Moral ini bagai virus yang mudah menular karena hasilnya ciamik,” ujar Butet Kartaredjasa, berkomentar tentang pementasannya.

Sementara itu Djaduk Ferianto menjelaskan bahwa Tangis merupakan produksi Gandrik yang telah dipersiapkan selama enam bulan dan merupakan penggabungan dari dua naskah, karya almarhum Heru Kesawa Murti.

Kapan Bumi Kiamat?

“Kami tampilkan secara lebih modern dan menghubungkan peristiwa yang terjadi di Tanah Air, namun tetap dikemas dalam guyonan budaya Jawa yang kental dan menghibur,” ujar seniman brewokan itu.

Baca juga:

Kondisi Gaza Jauh Lebih Hancur Dibanding Kota di Jerman Pada Perang Dunia II


Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Prasetyo Edi Marsudi.

Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Perbaiki Kualitas APBD, Singgung Permukiman Kumuh

Ketua DPRD DKI menilai RKPD tahun 2025 tidak fokus.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024