Dirut BNI: Hadapi MEA, Pemerintah Tak Perlu Gabung Bank BUMN

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, Gatot M.Suwondo (dua kiri) saat menghadiri diskusi dengan tema
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Penerapan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara membuat pemerintah seolah panik dan serta-merta mencari kebijakan baru. Harapannya, bisa melindungi pelaku industri Tanah Air, agar tidak kalah bersaing dengan pelaku industri negara lain.

Di sektor perbankan, misalnya, kebijakan jalan pintas berupa penggabungan beberapa bank milik pemerintah pun digagas, demi mengejar kekuatan aset yang memang tertinggal jauh dari aset bank dari negara-negara ASEAN lainnya. 

Namun, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, Gatot M. Suwondo, menilai bahwa ide tersebut bakal sulit untuk direalisasikan. Hal tersebut, karena dua bank yang akan dimerger, atau digabung, yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT BNI Tbk, sama-sama merupakan bank dengan kapitalisasi besar.

”Pada dasarnya, tujuan akhir dari pemberlakuan MEA itu kan bukan terbatas persaingan bisnis antarnegara, melainkan untuk mencapai kesejahteraan bersama di ASEAN. Apalagi, menjadi ajang untuk saling mematikan bisnis di negara yang dianggap sebagai kompetitor,” ujar Gatot, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jumat 20 Februari 2015.

Kalau pun pemerintah berhasil menuntaskan ambisinya untuk menggabungkan BNI dan Mandiri, menurut Gatot, tingkat permodalan bank hasil merger juga masih jauh lebih rendah dari bank terbesar di Singapura dan Malaysia.

"Kalau diibaratkan pertandingan tinju, bank di sana kelas berat. Tetapi, bank merger di sini masih kelas bulu. Jadi, tetap berat untuk bersaing," ujar Gatot.

Sedianya, prinsip dasar dari MEA adalah upaya peningkatan kerja sama untuk mengembangkan pasar keuangan di tingkat regional. Dengan demikian, kerangka perdagangan bebas ini tidak berupaya untuk menjadi pemenang dan pecundang.

7 Tempat Paling Terlarang untuk Didatangi Turis di Dunia, Ada Pulau Sentinel dan Area 51

Tak mudah menggabungkan bank

“Jadi, kenapa banyak pihak harus worry (khawatir) kalau ada wacana peningkatan kerja sama di ASEAN? Kondisi ini, seharusnya jangan semata-mata disikapi dengan penggabungan bank. Merger bank itu tidak mudah, berdasarkan pengalaman saya di masa lalu,” tutur Gatot.

Saat masih bergabung dengan PT Bank Duta Tbk dulu, Gatot mengisahkan bahwa upaya merger bank tersebut dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk terbukti memicu kerugian finansial dan sosial, akibat banyak data debitur yang hilang, pemecatan karyawan dan pada akhirnya menyebabkan penurunan kualitas kerja, akibat perbedaan kultur dalam berbisnis.

“Kalau data-data itu hilang, tentu debitur yang senang, sedangkan bank merugi. Belakangan ini sudah tenang-tenang, Menteri Keuangan malah ngomong lagi soal isu merger. Proses merger itu tidak gampang,” jelas Gatot.

Di lain pihak, dengan segala konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari proses merger, Gatot juga menegaskan bahwa realita saat ini, bank-bank nasional dengan kategori buku 4 (bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun) sudah bisa dianggap cukup memiliki daya saing di level ASEAN.

Dengan demikian, harusnya pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak perlu berkeras untuk menggabungkan bank-bank tersebut.

Alasan penggabungan bank

Menurut Gatot, ada sejumlah alasan yang bisa mendorong pemerintah untuk melakukan merger bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti rencana mengejar pertumbuhan ekonomi atau membuka pasar baru.

Selain itu, penggabungan bank juga bisa sebagai langkah sinergis untuk saling melengkapi, atau untuk menghindari penutupan bank melalui penambahan modal.

"Tetapi, kalau wacana merger saat ini masih hanya sebatas prestise saja,” ungkap Gatot.

Gatot pun mempertanyakan alasan dari pemerintah yang ambisius untuk menggabung dua bank BUMN ini, karena dikhawatirkan justru akan menguntungkan satu bank swasta berkapitalisasi besar untuk melesat naik di tengah proses merger.

Hal tersebut, lantaran dengan isu merger, maka harga saham kedua bank, baik Bank Mandiri maupun BNI bisa saja terkerek naik. Namun, juga bisa pula terperosok ke level lebih rendah. (asp)

Puncak Arus Mudik 2024 H-4 Lebaran, Kapolri Sebut Jakarta-Jateng Tahun Ini 6 Jam Biasanya 8 Jam
Menara PT Bank Central Asia TBk (BCA) MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Deretan 5 Brand Perbankan Terkuat di Dunia, BCA Menempati Posisi Pertama

Bank Central Asia (BCA) baru-baru ini diberi penghargaan sebagai brand perbankan terkuat di dunia pada tahun 2024, menurut data dari Brand Finance Banking.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024