Kenaikan Harga Beras Diduga Ulah Distributor

Bongkar Muat Beras di Gudang Bulog
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Kenaikan harga beras yang terjadi beberapa hari terakhir ini diduga, karena adanya permainan harga yang dilakukan oleh mafia kebutuhan bahan pokok. Hal itu, karena stok beras secara nasional saat ini aman dan tidak terjadi kelangkaan produksi beras.

Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima, Selasa 24 Februari 2015, mengatakan bahwa stok beras secara nasional saat ini ada. Sebab itu, dia pun mempertanyakan adanya kenaikan harga beras akhir-akhir ini.

Untuk itu, pihaknya bersama dengan Kementerian Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog) melakukan identifikasi penyebab kenaikan harga tersebut.

"Kemarin, saya koordinasi dengan Mendag dan Bulog soal kenaikan harga beras. Padahal, di hulunya suplai produksi beras secara nasional mencukupi. Sebab itu, kami melakukan identifikasi di manakah penimbunan itu ada," kata Aria, di Solo.

Selanjutnya, Aria mengatakan, pihaknya secara bersama-sama dengan lembaga tersebut melakukan pengecekan ke sektor distribusi.

"Tahap pertama melihat faktor distribusi. Faktor distribusi ini berakibat terhadap kenaikan harga beras standar rakyat yang mencapai Rp10-11 ribu per kilogram," ujarnya.

Menurutnya, dengan adanya kenaikan harga ini, pihak Kemendag telah mengendus adanya mafia perdagangan bahan kebutuhan pokok khususnya. Lantas, untuk memberikan efek jera, pihak Kemendag harus melakukan kerja sama dengan pihak kepolisian.

"Pemerintah harus melakukan tindakan represif terhadap para mafia bahan kebutuhan pokok, seperti beras. Selama ini belum terdengar adanya mafia beras yang dijatuhi hukuman," tegasnya.

Kemudian, untuk menekan harga beras yang tinggi di pasaran, Aria meminta kepada pihak Bulog untuk melakukan operasi pasar, guna memotong mata rantai distribusi beras.

Hanya saja, sistem operasi pasar yang dilakukan saat ini berbeda, tidak menitipkan ke pedagang beras di pasar, namun langsung membuka lapak-lapak penjualan beras di tingkat RT dan RW.

"Berdasarkan operasi pasar beras yang dilakukan Bulog sebelumnya, yang terjadi tidak menunjukan adanya penurunan harga beras yang murah, tetapi beras itu malah dijadikan beras oplosan oleh para pedagang beras. Untuk itu, Mendang dan Bulog menginisiasi operasi pasar beras langsung ke penduduk," ujarnya.

Sementara itu, terkait kebijakan impor beras untuk menekan kenaikan harga di dalam negeri, Aria meminta supaya pemerintah harus berhati-hati untuk memutuskan kebijakan impor beras.

Hal ini, disebabkan jumlah cadangan beras nasional masih tersedia sekitar 1,2 juta ton beras.

"Apalagi, ditambah produksi beras yang diperkirakan mencapai 32 juta ton dan ditargetkan akan bertambah sekitar 10 juta ton pada musim panen tahun ini," ujarnya. (asp)

Harga Gabah Timpang, Peran Bulog Diminta Ditingkatkan

Baca juga:



Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat panen raya

Jokowi Tak Puas Harga Beras Cuma Turun 1,1 Persen

Musim hujan yang datang saat kemarau, bisa untungkan produksi beras.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016