Sumber :
- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id -
Ekonom dari DBS Group Research, Gundy Cahyadi mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar memang terus mengalami keterpurukan. Namun jika dibandingkan dengan mata uang lainnya, rupiah tetap kuat.
Gundy menjelaskan, keterpurukan nilai tukar rupiah diakibatkan sentimen yang datang dari global, baik dari kondisi Yunani dan Bank Sentral AS (The Fed). Keuangan Yunani masih sulit meski Eropa telah membantu dengan memperpanjang waktu pemberian dana
bailout untuk empat bulan ke depan.
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Gundy menjelaskan, keterpurukan nilai tukar rupiah diakibatkan sentimen yang datang dari global, baik dari kondisi Yunani dan Bank Sentral AS (The Fed). Keuangan Yunani masih sulit meski Eropa telah membantu dengan memperpanjang waktu pemberian dana
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Kemudian, faktor dari The Fed yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini hingga mencapai 25
basis points
(bps). "Dampak itu membuat rupiah kita melemah terhadap dolar Amerika Serikat," ujar Gundy, di Hotel Dharmawangsa Jakarta, Rabu, 25 Februari 2015.
Ditambah, dengan faktor dalam negeri yang sama sekali belum mendapatkan sentimen positif. "Dalam negeri sama sekali tidak ada sentimen positif dan memang dolar Amerika Serikat diagendakan untuk menguat pada tahun ini," ujarnya.
Dia berharap, Bank Indonesia (BI) bisa menjaga rupiah di posisi yang nyaman. Jangan seperti posisi rupiah yang ada saat ini hingga hampir menyentuh posisi Rp13.000 per dolar. Sebab, posisi rupiah yang berada di kisaraan Rp12.500-13.000 per dolar bisa mengganggu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Kemudian, faktor dari The Fed yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini hingga mencapai 25