Rupiah Tembus 13.000, Rezeki Bagi Eksportir Tapi...

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id - Nilai mata uang dolar AS jika menyentuh Rp13.000 merupakan rezeki bagi eksportir. Namun, bagi UMK yang bergerak dalam kerajinan tangan atau handycraft tak selamanya mendatangkan keuntungan seperti yang dibayangkan.

Jumakir, salah satu perajin handycraft di kawasan Kasongan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang merupakan sentra handycraft mengaku, tidak mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan.

"Banyak yang berpikir bahwa produk handycraft yang diekspor maka perajin tersebut akan mendapatkan keuntungan akibat melemahnya rupiah terhadap dolar," katanya kepada VIVA.co.id, Kamis 26 Februari 2015.

Menurutnya hampir sebagian besar perajin handycraft yang produknya di ekspor telah melakukan perjanjian dengan buyer atau pembeli untuk pembayarannya dengan rupiah. Sehingga ketika rupiah jatuh terhadap dolar tidak ada pengaruhnya.

"Yang diuntungkan buyer jika," jelasnya.

Anggota DPRD Bantul ini juga mengatakan, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar ini justru memicu naiknya harga beberapa produk yang digunakan untuk membuat handycraft.

"Kalau dolar mahal maka produk cat, lem, juga mengalami kenaikan harga. Jadi justru perajin yang merugi," tegasnya.

Selain itu, lanjutnya, perajin handycraft di kawasan Kasongan hanya bisa dihitung dengan jari yang melakukan ekspor langsung. Dan lebih banyak yang melalui broker atau trading sehingga harga produk tetap dihargai dengan rupiah.

"Yang jelas dengan melemahnya rupiah, justru yang diuntungkan adalah broker atau buyer sendiri. Perajin tetap tidak menikmati tingginya nilai dolar," tambahnya.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Baca juga:

 Dolar AS dan rupiah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016