"Obat Bius Maut" Masih Beredar Bebas di Masyarakat

Ilustrasi/mayat
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id -
3 Pasien di Lampung Tewas karena Obat Bius
Kasus meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam karena tertukarnya pemberian obat bius Buvanest Spinal yang isi kandungannya ternyata adalah Asam Tranexamat pada sebulan lalu, membuat Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencabut izin edar dan produksi obat injeksi tersebut.

Kalbe Tegaskan Sudah Tarik Obat Buvanest dari Peredaran

Namun, Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), Marius Wijayarta, menyayangkan obat bius itu hingga saat ini masih beredar di masyarakat.
Rupiah Melemah, Kalbe Farma Naikkan Harga


"Kasus ini kan belum jelas apa hasil penyelidikannya, tapi obat tersebut masih saya lihat beredar di apotek dan toko obat, walaupun dengan seri yang berbeda," ujar Marius, saat menunjukkan obat Bufanest Spinal dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat 13 Maret 2015.


Menurut dia, izin edar dan pembuatannya seharusnya dibekukan sampai masalah ini terbuka semua, karena dalam hal ini masyarakat yang dirugikan. "Masyarakat dirugikan karena belum ada kejelasan, karena masyarakat butuh kepastian dan kenyamanan dari segi konsumen," ujarnya.


Dia juga melihat kasus meninggalnya dua pasien RS Siloam, karena tertukarnya isi obat bius sepenuhnya karena kesalahan produsen obat, dalam hal ini pihak PT Kalbe Farma Tbk


Menurut dia, melihat dari segi konsumen, RS Siloam merupakan konsumen antara dan pasien konsumen akhir.


Dia menuturkan, dalam kasus ini dokter RS Siloam tidak patut dilimpahkan kesalahan, karena dokter sudah menjalankan prosedur yang baik dan tidak mungkin tahu isi dalam obat tersebut.


"Dokter sudah menjalankan SOP yang baik, bagaimana bisa dokter tahu isi dalam obat tersebut, dokter melihat sesuai ciri khas obat dan label obat," ujar Marius.


Dia tidak sependapat dengan komisi IX DPR yang menyatakan kasus ini 50 persen kesalahan produsen obat dan 50 persen kesalahan Rumah Sakit. Dia meminta pemerintah cepat memberi tahu hasil penyelidikannya kepada masyarakat.


Diskusi yang diadakan YPKKI ini juga di hadiri oleh mantan ketua BPOM, Husniah Rubiana dan perwakilan dari RS Siloam. (
Laporan: Bayu Januar
)

Baca juga:





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya