- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan nilai tukar eceran rupiah yang terjadi di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Pada minggu kedua bulan ini, rupiah hanya melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Survei ini memotret perkembangan rupiah terhadap empat mata uang yang sering digunakan sebagai transaksi keuangan di Indonesia. Keempat mata uang itu, yakni dolar AS, dolar Australia, yen Jepang, dan mata uang sebagian negara-negara Eropa yaitu Euro.
Kepala BPS, Suryamin mengatakan bahwa saat ini rupiah hanya terdepresiasi terhadap dolar AS.
"Tetapi, dengan tiga mata uang lainnya tidak terlalu masalah. Artinya, menguat," tutur Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin 16 Maret 2015.
Berdasarkan data BPS, pada minggu kedua bulan ini, rupiah telah terdepresiasi sebesar dua persen atau 257,42 poin, yaitu Rp13.100 per dolar AS. Terhadap rata-rata rupiah pada minggu keempat bulan lalu, yaitu sebesar Rp12.928 per dolar AS.
Sementara itu, rupiah terhadap dolar Australia pada periode yang sama menguat 0,66 persen, atau sebesar 66,23 poin dari Rp10.070 menjadi Rp10.004 per dolar Australia. Kemudian, terhadap Euro menguat 3,50 persen, atau 509,97 poin, yaitu dari Rp14.574 menjadi Rp14.064 per euro.
Sedangkan, terhadap yen, penguatan rupiah mencapai 0,11 persen atau 0,12 poin, yaitu dari Rp107,85 menjadi Rp107,73 per yen Jepang.
"Ini artinya, dolar sedang menguat terhadap negara-negara yang perdagangan keuangaannya cukup besar di Indonesia," tegasnya.
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, tembus ke level Rp13.237 per dolar AS. Dengan demikian, selama enam hari berturut-turut, mata uang garuda berada di zona merah dan pencapaian hari ini merupakan rekor baru terburuk rupiah sejak krisis moneter 1998 yang menembus level Rp17 ribu. (asp)
Baca Juga: