Strategi Perajin Tahu dan Tempe Hadapi Anjloknya Rupiah

Rencana Mogok Ribuan Perajin Tahu dan Tempe
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipastikan akan berdampak pada kenaikan harga barang impor, seperti kedelai yang merupakan bahan baku untuk pembuatan tahu dan tempe.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Agar tidak merugi banyak, maka perajin di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengakui memiliki strategi sendiri.

Prastowo salah satu perajin di Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul mengatakan, meski harga kedelai impor naik, mereka lebih banyak menggunakan kedelai impor, karena dapat menghasilkan tahu dalam ukuran lebih besar.

Begitu pula, dia melanjutkan, dengan pembuatan tempe, juga mendapatkan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan kedelai lokal.

"Ketika harga kedelai impor naik, maka kami mencampur dengan kedelai lokal agar biaya produksi tidak melonjak. Namun, hasil kedelai atau tahu tetap lebih baik," tuturnya, Senin 16 Maret 2015.

Menurut dia, saat ini, harga kedelai impor masih dalam kisaran Rp7.500 hingga Rp8.000 per kilogram, sehingga masih memberikan keuntungan kepada para perajin tahu atau tempe.

"Jika harga sudah di atas Rp8.000 untuk kedelai impor, perajin tahu atau tempe bisa memperkecil ukuran tahu atau tempe. Perajin juga bisa menaikkan harga jual tahu atau tempe agar tidak merugi," tuturnya.

Kenaikan harga tahu ataupun tempe tidak bisa seenaknya dilakukan para perajin, namun harus dibicarakan terlebih dahulu melalui asosiasi.

"Kami tidak bisa seenaknya menaikkan tahu secara sepihak, karena akan merugikan konsumen dan membuat persaingan usaha antar perajin tahu atau tempe tidak sehat," ujarnya.

Hari, perajin tahu lainnya di Desa Siraman, memprediksi kemungkinan kenaikan harga kedelai masih lama. Sebab, lanjutnya, di tingkat petani lokal mendekati musim panen.

BI: Ekonomi RI Bakal Tumbuh Lagi di Kuartal Ketiga

"Kemungkinan masih lama naiknya, karena sudah mendekati musim panen kedelai," tuturnya.

Hari menjelaskan, jika terjadi kenaikan harga kedelai tidak melebihi Rp8.000 per kilogramnya, perajin masih bisa mendapatkan untung. Namun demikian, jika lebih dari Rp8.000, terpaksa menaikkan harga jual atau memperkecil ukuran tahu.

"Jika harga kedelai naik menjadi Rp8.000, untuk saat ini masih normal," tuturnya.

Selain itu, Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, Perindustrian dan ESDM Kabupaten Gunungkidul, Hidayat, mengatakan bahwa belum ada kenaikan harga kedelai.

Akan tetapi, dia berharap, pemerintah pusat segera melakukan kebijakan untuk menstabilkan nilai rupiah. Sebab, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap harga kedelai.

"Harapan kami, menguatnya kurs dolar supaya segera mereda agar tidak terpengaruh terhadap harga kedelai," kata Hidayat. (art)

Awal Pekan, Hati-Hati Rupiah Terdepresiasi

Baca Juga:

 Dolar AS dan rupiah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016