Sumber :
- ANTARA/Yusuf Nugroho
VIVA.co.id
- Indonesia dianggap belum maksimal dalam memanfaatkan momentum turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Peluang ini sepertinya dilewatkan begitu saja oleh para pengusaha.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, terungkap bahwa nilai total ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Februari 2015, justru mengalami penurunan sebesar 11,89 persen atau hanya mampu meraup pendapatan sebesar US$25,64 miliar. Padahal, diperiode yang sama di tahun sebelumnya ekspor Indonesia mampu terdongkrak hingga US$29,10 miliar.
Tercatat dari 10 sektor yang terdapat di nonmigas, yakni lemak dan minyak hewan, bahan bakar mineral, mesin/peralatan listrik, perhiasan/permata, kendaraan dan bagiannya, alas kaki, besi dan baja, nikel, perangkat optik dan kapal laut.
Ternyata hanya sektor perhiasan/permata, kendaraan dan bagiannya, alas kaki, besi dan baja serta Nikel yang mampu membaca momentum ini.
Tercatat, ekspor perhiasan/permata mampu memaksimalkan ekspor hingga US$1,30 miliar, kendaraan dan bagiannya mencapai US$0,90 miliar, alas kaki sebesar US$0,72 miliar, besi dan baja senilai US$0,19 miliar dan nikel mencapai US$0,15 miliar.
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, paradigma orientasi ekspor memang menjadi salah satu kriteria industri yang diprioritaskan untuk mendapatkan tax allowance agar meningkatkan devisa ekspor.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, paradigma orientasi ekspor memang menjadi salah satu kriteria industri yang diprioritaskan untuk mendapatkan tax allowance agar meningkatkan devisa ekspor.