Indonesia Berharap Jepang Lebih Banyak Tanam Investasi

Presiden JokoWi Terima Kunjungan Presiden Dewan Uni Eropa di Istana
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia, melakukan penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan Ketua Japan Export Trade Organization (JETRO) Hiroyuki Ishige, yang mewakili Pemerintah Jepang, Senin 23 Maret 2015.

RI Tolak Kebijakan Kemasan Rokok Tanpa Merek di Australia

Selain itu, dia mengatakan, pemerintah juga akan membuat program dalam upaya peningkatan ekspor dan peningkatan investasi di Indonesia.

Hal tersebut, terjadi pada hari kedua kunjungan Presiden Joko Widodo ke Jepang, selain menemui Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko di Istana Kaisar, Tokyo hari ini.

Bahas Produksi Lada, Enam Negara Duduk Bareng

Jokowi juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe dan menyaksikan penandatanganan sejumlah kerja sama pemerintah kedua negara. "Jadi, follow up dari pertemuan ini, kita akan follow up di situ," kata Rachmat dalam keterangannya yang dikutip dari laman setkab.go.id.

Mengenai sektor yang dikerjasamakan, dia menjelaskan, itu adalah sektor industri, baik itu komponen otomatif maupun elektronika, bahkan juga pada sektor-sektor di holtikultura, atau makanan.

"Kita, Kementerian Perdagangan mempunyai target sendiri peningkatan ekspor 300 persen. Nah, itulah kita kembangkan bersama mereka," tambahnya.

Pelabuhan

Sementara itu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani mengatakan bahwa kerja sama dengan JETRO yang pasti adalah tentang promosi, selain tentang pentingkatan kualitas investasi.

"Jadi, selama ini kan promosi, atau investasi kita ini lebih banyak dipicu oleh minat dari industri yang ada di Jepang. Jadi, ke depan ini pemerintah Indonesia kan punya fokus-fokus sendiri untuk meningkatkan investasinya," tuturnya.

Strategi Mendag Atasi Calo Daging Sapi



Untuk itu, menurutnya, salah satu yang diharapkan dari penandatangan antara JETRO dengan BKPM itu selain dari peningkatan investasi, Indonesia pun berharap bisa mendapatkan investor Jepang dengan lebih beragam.

Dia menyebutkan, selama ini, mungkin kalau lebih dikenalnya pasti otomotif misalnya. Kemudian, elektronik dan yang terkait dengan monorail, serta ada beberapa sektor manufaktur.

"Makanya ke depan, kita tentu mengharapkan investor Jepang bisa masuk ke port, ke pelabuhan, ke bandara. Kemudian, juga bagaimana ke maritim, galangan kapal, kemudian juga pertanian," ungkapnya.

Mengenai investasi Jepang di sektor pertanian, Franky menegaskan, di situ juga termasuk peternakan, di mana sudah ada beberapa yang minat di peternakan sapi khususnya. Selain itu, ada oleochemical yang merupakan hilirasi dari CPO.

"Jadi, kita ingin lebih luas tetapi fokus kepada tujuan dari pemerintah. Kemudian, promosi-promosi ke depan ini tentu setelah promosi terus apa. Tentu yang kita inginkan adalah bagaimana investor Jepang itu yang sekarang rasionya adalah 6,5. Jadi, 10 orang Jepang yang investasi, 6,5 itu merealisasikannya," kata dia.

Bagaimana rasio ini meningkat, Franky mengungkapkan, tentu juga tidak kalah penting adalah bahwa pada 2014, investasi Jepang ini turun. "Kita harapkan, kerja sama ini terjadi peningkatan di dalam investasi," terangnya.

Sementara itu, terkait dengan pengawasannya, dia pun menekankan, di BKPM sebenarnya sudah beberapa mengubah. Kalau dulu, katakanlah istilah unit promosi, kini berubah menjadi marketing, sehingga lebih aktif, lebih mendekati investor.

Kalau promosi, lanjut Franky, mungkin pendekatannya lebih kepada di mana ada booth, ada stand, ada seminar, di situ kita ada. Kini, BKPM lebih kepada di mana investor berada, BKPM akan datang.

Sejauh ini, kata Franky, sudah ada beberapa investor Jepang yang tertarik untuk sektor maritim, yaitu yang terkait pengolahan hasil perikanan. Salah satunya Sumitomo dan masih ada beberapa lagi yang lain, kemudian galangan kapal juga ada satu dua.

Adapun untuk elektrifikasi, menurutnya, khususnya powerplant cukup banyak.

"Kalau kita lihat dari minat, sebetulnya banyak, mungkin seperti Itosu, Sumitomo, kemudian G-Power, banyak sekali, bahkan Mitsui. Artinya, mereka yang sudah punya pengalaman membangun powerplant di Indonesia ingin menambah lagi, ingin melakukan perluasan. Jadi, saya kira untuk powerplant, banyak peminat yang serius, sudah teruji untuk membangun Indonesia dari Jepang," tambahnya. (asp)

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya