Menkeu Ungkap Alasan Rupiah Gampang Goyang

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
Sumber :
  • ANTARA/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id
 - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, rupiah sangat rentan terpengaruh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) karena Indonesia masih punya masalah dengan neraca transaksi berjalan atau 
current account deficit
 (CAD). 

Dalam rapat kerja Komisi XI, Rabu 25 Maret 2015, Bambang mengatakan, teori itu dibuktikan dengan stabilnya mata uang negara berkembang yang masalah transaksi berjalannya lebih ringan dari pada Indonesia. Seperti, Thailand, Filipina, dan India. 

"Kami tadinya penasaran mengapa Thailand, Filipina, dan India bisa menguat terhadap dolar AS," ujarnya. 
Kurang Gesit, Rupiah Masih Sulit Menguat

Setelah ditelusuri, Bambang mengatakan, Thailand dan Filipina saat ini mengalami surplus transaksi berjalan. Sedangkan India, berhasil menekan defisit transaksi berjalannya di level yang aman. 
Menkeu Rombak Asumsi Nilai Tukar Rupiah di APBN-P 2016

"India bisa menurunkan CAD dari tiga persen menjadi dua persen terhadap gross domestic product (GDP) selama setahun," tambahnya. 
Pekan Ini Rupiah Bakal Terus Menguat, Ini Pendorongnya

Defisit transaksi berjalan Indonesia saat ini masih ada di kisaran tiga persen. Bambang menegaskan, angka tersebut harus bisa ditekan, sehingga nilai tukar rupiah bisa lebih stabil di masa depan. 

"Kesimpulannya, kalau mau lebih kuat mata uangnya, kita harus memperbaiki current account deficit," kata Bambang. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martpwardojo memperkirakan, defisit transaksi berjalan tahun ini masih ada di kisaran 3 persen. Defisit dapat ditekan si kisaran dua persen, asalkan pemerintah tidak gencar mendorong pembangunan infrastruktur tahun ini.

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya