Rupiah Melorot, Harga Obat Siap Naik

Ilustrasi: Penggerebekan kosmetik ilegal.
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
- Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat para pengusaha industri farmasi memutar otak. Pasalnya, 95 persen bahan baku yang digunakan berasal dari impor. 

Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) Kendrariadi Suhanda mengatakan, jika pelemahan tersebut terus terjadi, para pengusaha terpaksa harus menaikkan harga obat yang diproduksi.

"Karena persentase (bahan baku) yang sebanyak itu. Saat ini kalau kita beli dalam mata uang asing, mau tidak mau itu sangat mempengaruhi harga obat itu sendiri," ujar Kendra di Jakarta, Kamis, 26 Maret 2015.

Meski dampaknya belum terlalu terasa saat ini, pemerintah harus berupaya keras meredam pelemahan rupiah. Produsen produk farmasi bisa bertahan, karena biasanya memiliki persediaan bahan baku selama beberapa bulan.

"Tapi kalau bahan baku mereka habis lalu beli dengan dollar langsung mereka kebingungan, dan menaikkan harga obat itu sendiri," ujarnya menambahkan.

Sementara, berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah kembali tembus ke level Rp13.003 per dollar AS pada hari ini. Mata uang garuda terkoreksi sebesar 71 poin atau 0,55 persen dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang menyentuh level Rp12.932 per dollar AS.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

[/vivamore]
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Uang rupiah.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Aksi damai 4 November tidak terlalu pengaruhi pergerakan rupiah.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016