Pengamat: Pertalite Akal-akalan Naikkan Harga BBM

Antrean BBM
Sumber :
VIVA.co.id
Konsumsi Pertalite di Jatim, Bali dan Nusa Tenggara Naik 55%
- Rencana pemerintah yang segera memasarkan produk baru bahan bakar minyak (BBM) Pertamina, pertalite, akhir bulan ini masih menjadi sorotan publik. Bahkan, langkah tersebut dinilai sebagai akal-akalan pemerintah untuk menaikkan harga jual BBM sejenis premium.

Ini Pemicu Penjualan Pertalite Tembus 4.000 KL per Hari

Untuk diketahui, pertalite merupakan BBM dengan RON 90 yang harganya akan di atas premium RON 88 dan di bawah pertamax RON 92. Artinya, dari sisi harga maka pertalite akan lebih mahal dari premium.
Hampir 10 Persen Konsumen Kalimantan Beralih ke Pertalite


"Mengganti premium dengan pertalite adalah kebijakan yang sangat tidak
fair
dan tidak pro rakyat. Ini, karena pada dasarnya rakyat sudah membeli premium dengan harga yang sudah tidak ada muatan subsidi dari pemerintah," ujar Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria kepada
VIVA.co.id
, Minggu 19 April 2015.


Sofyano menjelaskan, dengan pemerintah membuat kebijakan menghapus premium dan memaksa masyarakat beralih ke pertalite dengan harga beli lebih mahal, bisa memberatkan beban keuangan rakyat.


Di sisi lain, pengamat kebijakan energi tersebut menyebut, jika pemerintah membuat alasan bahwa premium tidak ramah lingkungan, harusnya mampu menjelaskan secara terang benderang kepada masyarakat mengenai apa dampak negatifnya dari digunakannya premium.


"Itu yang harus bisa dibuktikan pemerintah, kalau premium telah merusak lingkungan di negeri ini. Bagaimanapun, premium sudah digunakan sejak puluhan tahun lamanya oleh rakyat Indonesia," terangnya.

Selain itu, dia melanjutkan, sejak zaman Orde Baru, Indonesia sudah menggunakan premium, malah di bawah RON 88. Namun, hingga saat ini belum terdengar adanya survei atau penelitian tentang dampak penggunaan premium itu. 

Pemerintah pun, kata dia, belum pernah menjelaskan dan tidak bisa membuktikan  ke publik adanya masalah lingkungan, karena digunakannya premium RON 88, apalagi di bawah 88.



Sebagai informasi, Amerika Serikat (AS), Rusia, Mesir, dan beberapa negara lain hingga saat ini masih menggunakan BBM sejenis premium RON di bawah 88.

Jadi, menurut Sofyano, jika premium dinyatakan sebagai BBM yang tidak ramah lingkungan, negara besar, seperti AS tentunya pasti sudah sejak lama melarang penggunaan premium RON 88. Apalagi yang di bawah RON 88.

"Kenyataannya pula, baik premium RON 88, atau pertalite maupun pertamax tetap saja masih mengandalkan impor dari luar negeri dan dibeli dari pemasok luar negeri pula. Artinya, bisa dinilai publik, tetap saja ada peluang bagi 'pengusaha hitam' untuk bermain dalam pasokan BBM tersebut," tambah Sofyano.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, menjelaskan bahwa kualitas pertalite jauh lebih baik dibandingkan premium.

Mengenai harganya, kata Sudirman, akan ditetapkan oleh Pertamina dan bukan subsidi. "Penghapusan premium itu sedang dikaji oleh BPH Migas," ungkapnya.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, menyampaikan, Jakarta menjadi sasaran pertama pemasaran pertalite yang diklaim lebih berkualitas dibandingkan premium itu.

"Akhir April ini, mudah-mudahan sudah bisa kami pasarkan di masyarakat, yang pasti product performance-nya lebih baik," tuturnya.

Wianda menekankan, pertalite akan dikonsentrasikan di wilayah Jakarta. Hiswana Migas sebagai penyalur pun menyatakan, sudah siap dengan produk baru ini.

"Intinya di DKI dulu, Hiswana Migas kan juga sudah siap. Misalnya, SPBU di Kuningan, Abdul Muis, akan kami launching dulu," katanya.

Meski begitu, Wianda tidak mau menyebut harga pertalite. Dia hanya menyebut harganya lebih ekonomis. Bahkan, ketika ditanya margin untuk pengusaha SPBU, Wianda tak mau memberikan bocoran. (art)

![vivamore="
Baca Juga
:"][/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya