- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa upaya pemerintah dengan mengalihkan subsidi harga bahan bakar minyak yang mencapai Rp300 triliun per tahun, membutuhkan perubahan pola pikir yang berat.
"Kami akan membuat keputusan yang sulit. Memang pahit. Ini pahit di depan tapi tidak boleh lama-lama. Kalau lama-lama, rakyat juga jadi berpikir duitnya ke mana," ujar Jokowi dalam laman setkab.go.id, Senin 20 April 2015.
Menurut mantan gubernur DKI Jakarta tersebut, rakyat akan dapat merasakan perubahannya ketika infrastruktur yang dibangun dengan anggaran pengalihan subsidi BBM sudah jadi. Seperti rel kereta api, jalan tol, pelabuhan, bandara. Ini semua proyek yang dibiayai dari pengalihan subsidi BBM.
Jokowi menjelaskan, uang subsidi BBM sebesar Rp300 triliun per tahun itu sangat besar. "Bayangkan, kalau 10 tahun sudah Rp3.000 triliun, kalau 20 tahun berarti Rp6.000 triliun," tuturnya.
Selain itu, uang subsidi harga BBM selama 10 tahun itu kalau dipakai untuk membuat rel kereta api di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, jalan darat sudah sampai, karena membuat kereta api dari barat sampai ke timur hanya butuh Rp360 triliun.
"Kalau dibuat jalan tol, hampir semua pulau langsung bisa rampung karena jalan tol 1 kilometer itu Rp60 miliar. Karena itu, kalau Rp3.000 triliun itu bisa mencapai beberapa puluh ribu kilometer," katanya.
Dia juga menyebutkan, uang subsidi BBM akan dialihkan untuk irigasi, bibit maupun pupuk, sehingga kedaulatan pangan di Indonesia bisa terwujud.
"Saya beri target kepada Menteri Pertanian tiga tahun untuk beras. Sekarang tidak jadi tiga tahun, tapi dua tahun," katanya.
Di daerah, dengan pengalihan subsidi BBM, Jokowi yakin akan kelihatan dalam jangka waktu 3-4 tahun. Itu, termasuk di Papua yang akan jadi fokus pemerintah.
Menkeu Tegaskan Tak Ada Penghapusan Subsidi Solar
Ada tambahan subsidi listrik karena penyesuaian harga pelanggan 900 VA
