Peluncuran Pertalite Picu Kenaikan Harga Sembako

Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Peluncuran bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite RON 90 dinilai berpotensi memicu naiknya harga sembako, atau berbagai kebutuhan pokok lain.

Konsumsi Pertalite di Jatim, Bali dan Nusa Tenggara Naik 55%

Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengatakan, jika hal tersebut terjadi maka akan menjadi 'kado' bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan 2015.

Penggantian premium dengan pertalite juga melanggar UU APBN tentang subsidi BBM. Hal tersebut, akan mengurangi jatah BBM bagi masyarakat berpendapatan rendah.

Ini Pemicu Penjualan Pertalite Tembus 4.000 KL per Hari

"Sejak awal pemerintah sudah beritikad tidak baik, dengan menghilangkan subsidi BBM hingga 300 persen dalam APBN Perubahan 2015, sehingga akan merugikan Pertamina. Dan ada skenario besar dari pemerintah untuk menghancurkan Pertamina secara sistematis," ujarnya kepada VIVA.co.id, melalui sambungan telepon, Rabu, 22 April 2015.

Menurut dia, ada dugaan skenario besar pergantian importir yang menjual BBM ke Pertamina, dengan digantinya premium ke pertalite.

Hampir 10 Persen Konsumen Kalimantan Beralih ke Pertalite

"Penggantian BBM premium akan menghilangkan hak masyarakat berpendapatan menengah ke bawah untuk mendapatkan BBM murah dan terjangkau."

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno menyampaikan, pihaknya telah membahas pertalite dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said.

"Dari pembicaraan tersebut, kita harus mengutamakan betul-betul produk premium yang paling terjangkau untuk masyarakat," kata dia di sela-sela acara World Economic Forum on East Asia (WEF) 2015, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin, 20 April 2015.

Rini mengklaim, menteri ESDM sepakat bahwa Pertamina harus berkonsentrasi untuk memproduksi premium yang lebih efisien.

"Sehingga produksi ini memberikan harga terbaik bagi masyarakat," ujarnya.

Selain itu, menurut Rini, memang minyak yang digunakan untuk menghasilkan premium berasal dari impor dan dari kilang sendiri. Meski demikian, kehadiran pertalite tidak bisa serta-merta menghapus keberadaan premium.

"Pertalite tetap saja kita produksi karena itu pilihan saja, tapi bukan sebagai pengganti dari premium."

(mus) 


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya