Vaksin Malaria Yang Jadi Harapan Ternyata Kurang Ampuh

Sumber :
  • NYTimes/Steve Parsons
VIVA.co.id
Studi: Viagra Bisa Obati Malaria
- Sebuah vaksin yang menjadi harapan warga dunia untuk terhindar dari penyakit mematikan, malaria, ternyata dikabarkan memiliki penurunan kualitas dari waktu ke waktu.

Blak-blakan, Ketum PSSI Erick Thohir Ungkap Pembicaraan dengan Emil Audero

Dalam uji coba selama empat tahun, vaksin itu hanya bekerja pada sepertiga penderita malaria. Hal ini merupakan laporan terakhir yang ditulis oleh para ilmuwan yang mengembangkan vaksin, yang disebut RTS,S/AS01.
8 Terduga Teroris Jaringan JI Ditangkap, Polisi Ungkap Ada yang Berperan Jadi Bendahara


Kabar ini memang tidak terlalu baik dan peneliti merasa harus mencari jawaban dari teka teki itu. Pasalnya, hanya vaksin RTS,S/AS01 yang terlihat menjanjikan untuk bisa melawan malaria.


Dalam uji coba sebelum vaksin itu disebar ke masyarakat, koalisi internasioal telah melibatkan lebih dari 15.000 bayi dan anak muda di Afrika. Mereka diberikan vaksin RTS,S/AS01 agar bisa terbebas dari malaria. Namun sayang, ada sebagian yang imun sedangkan sebagian lagi tidak.


"Langkah lainnya kami mencoba menambah dosis vaksin agar kinerjanya terlihat. Namun tetap saja tidak berpengaruh. Tambahan tiga dosis vaksin hanya bisa melindungi sekitar 36 persen anak-anak setelah empat tahun. Hasil angka ini turun dari proteksi sebanyak 50 persen di tahun pertama uji coba dilakukan," ujar pemimpin tim peneliti Brian Greenwood, dari
London School of Hygiene & Tropical Medicine
, seperti dikutip
NBC News
, Sabtu 25 April 2015. Greenwood juga mempublikasikan laporan ini ke jurnal medis
Lancet
.


Ditambahkan Vaee Moorthy dan Jean-marie Okwo-Bele dari WHO yang menemani penelitian itu, fakta baru lainnya yang ditemukan sepanjang uji coba itu adalah, penambahan vaksin justru membuat anak-anak lebih rentan terkena malaria, ketimbang mereka yang tidak mendapatkan vaksinasi sama sekali.


"Vaksin itu ternyata memiliki keterbatasan imunitas. Ketika batasnya habis, anak-anak semakin rentan terkena ketimbang sebelumnya. Meski begitu, di sisi lain, vaksin ini terbukti menyelamatkan banyak nyawa meski tidak terlalu efektif," ujar peneliti.


Menurut data WHO, diperkirakan ada sekitar 198 juta kasus malaria di 2013. Dari angka ini, sebagian juta kasus malaria pada anak bisa dicegah meskipun tidak semua. Data WHO juga memperlihatkan ada 580.000 orang yang meninggal karena malaria di 2013. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak usia di bawah 5 tahun.


Para peneliti mengakui jika penyakit yang berasal dari nyamuk itu memang sulit untuk dibasmi. Pasalnya, mereka berasal dari parasit, bukan bakteri. Parasit bernaa Plasmodium falciparum itu hidup di aliran darah dan hati sehingga sulit untuk diraih. Para pembuat vaksin pun terus berupaya keras untuk mencari penyembuhnya selama berpuluh tahun.


"Memang vaksin ini tidak mampu bekerja maksimal namun ini merupakan terobosan yang patut diharga. Butuh 20 tahun bagi kita untuk bisa ke tingkat ini karena level proteksi vaksin-vaksin lain terhadap malaria masih rendah. Vaksin ini lebih baik dan lebih potensial ketimbang yang pernah ada," ujar
Head of Infection di Wellcome Trust
Inggris, Mike Turner.


Oleh karena itu, WHO saat ini sedang memutuskan untuk memproduksi vaksin itu secara massal atau tidak. Keputusan ini akan ditetapkan tahun ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya