Menapaki Sejarah Tiongkok Kuno di Kota Kembang

Mural di Klenteng Hiap Thian Kiong
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Kelenteng Besar Hiap Thian Kiong terletak di Jalan Kelenteng kota Bandung. Di  jaman Orde Baru nama kelenteng ini diganti menjadi "Vihara Satya Budhi", dan Jalan Kelenteng jadi Jalan Vihara.

Berkunjung ke Tempat Bertarungnya Gladiator di Tunisia

Dewa utama di kelenteng ini adalah Guan Gong (Koan Kong), yang nama kecil beliau adalah Guan Yu (Koan  I) alias Yunchang (In Tiang), seorang tokoh sejarah dan pahlawan yang pernah hidup di China periode Tiga Negara (San Guo atau Sam Kok, 220- 280).

Oleh kaisar-kaisar dari berbagai dinasti, beliau diperingati di kelenteng yang dibangun khusus untuk beliau serta dianugerahi  berbagai gelar, antara lain Xietian Dadi (Hiap Thian Tai Te), Xietian (Hiap Thian) menjadi nama kelenteng di Bandung tempat beliau dihormati.

Tanpa Tongsis, Bagaimana Gaya Liburan Turis Zaman Dahulu

Kelenteng Satya Budhi merupakan kelenteng tertua dan terbesar di Bandung yang dibangun pada 1865. Kelenteng Satya Budhi selain digunakan sebagai tempat beribadah juga kerap dikunjungi wisatawan untuk mengabadikan arsitektur dan ornamen seni bangunan kelenteng tersebut.

Ketika memasuki kompleks Kelenteng tercium wangi asap dari hio (dupa), memenuhi altar utama yaitu altar milik Thian Gong (Toa Pe Kong). Cahaya api jingga terlihat dari segelas cangkir minyak di hadapan patung Thian Gong.

Lebih Dekat dengan Keindahan Negeri China

Elemen interior vihara kaya akan detail dan warna serta bernilai estetis oriental, mengingatkan kepada filosofi Tao, Yin-Yang, tentang keseimbangan dalam kehidupan. Bagian ambang bawah dari gerbang pintu kayu dibuat cukup tinggi. Sehingga pada saat hendak masuk ke altar, melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu diikuti dengan membungkuk sebagai tanda penghormatan.

Salah satu ragam hias adalah pedestal kolam yang terbuat dari batu dan terdapat ukiran Naga setinggi 2 meter lebih. Lalu terdapat simbol floral yang berwarna-warni serta terdapat bunga teratai atau padma yang menyimbolkan mandala, ruang di mana manusia memperoleh kesempurnaan.

Jika kita membandingkan besaran Kelenteng di Kota Bandung, Xie Tian Gong tergolong kelenteng yang lebih besar dan luas dibandingkan yang lainnya. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah altar yang lebih mirip aula tempat peribadatan dengan luas kurang lebih 30×20 meter.

Di sisi kanan dan kiri aula tersebut terdapat juga altar penyembahan dewa-dewi lainnya, di tambah dengan tempat pembakaran kertas uang di masing-masing sisi yang menyerupai Pagoda, keagungan Xie Tian Gong lebih jelas terihat.

Warna yang mendominasi adalah warna terang seperti emas, kuning, namun suasana terasa hening dan bahkan terkesan damai yang menyejukkan dan menentramkan hati.

“Komposisi serta keharmonisan elemen warna dan interior adalah dibuat dari hasil penghitungan dengan menggunakan falsafah Feng Shui,”jelas Jaja, salah satu pengurus kelenteng.

Lukisan mural yang terdapat di dalam kompleks Vihara Satya Budhi, bermakna simbolik, membawakan pesan tersirat yang harus ditafsirkan oleh mereka yang melihat. Sebagai pengantar kadang-kadang disertakan suatu kutipan dari bagian tulisan sastra kuno.

Untuk dapat mengerti pesan-pesan tersirat ini secara tepat, perlu mengetahui secara lengkap karya yang dikutip, serta sejarahnya. Penggunaan simbol dalam budaya Tionghoa banyak juga digunakan huruf dengan bunyi yang sama (homofon). Kata yang berbunyi sama ini lalu dituangkan dalam bentuk huruf kaligrafi, ornamen, dan lukisan.

Mural yang lukisannya sekarang dapat diteliti pada bangunan klenteng Xie Tian Gong Bandung, membawakan pesan budaya yang serup yakni kepercayaan menurut falsafat Tao, Budhisme, dan ajaran kehidupan Confusius.

“Mural ini mengangkat episode-episode dalam cerita Hong Sin, Epik Kisah Tiga Negara atau Romance of Three Kingdom. Dilengkapi contoh-contoh perbuatan tokoh bersejarah yang dinilai patut untuk diteladani oleh masyarakat generasi penerus,” ungkapnya.  (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya