Laba Sebagian Emiten Turun, Ekonomi RI Diprediksi Melambat

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini diprediksi melambat. Kondisi ini, setidaknya semakin diperkuat dengan adanya beberapa rilis data keuangan emiten di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memperlihatkan hasil kurang menggembirakan.

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Sejumlah emiten yang dimaksud antara lain PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT Timah Tbk (TINS).

Seperti mengutip laporan keterbukaan di BEI, Senin 27 April 2015, laba bersih setelah pajak Danamon turun 27,36 persen menjadi Rp687 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Danamon memperoleh laba bersih sebesar Rp875 miliar.

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016

Adapun laba konsolidasi CIMB Niaga merosot hingga 92 persen. Dari sebelumnya sebesar Rp1,1 triliun menjadi Rp82,72 miliar. 

Kemudian, Astra Agro memperoleh laba bersih Rp156,09 miliar. Angka tersebut menunjukkan penurunan tajam 80,10 persen dibandingkan kuartal pertama tahun 2014 sebesar Rp784,61 miliar.

Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop

Untuk Timah, malah mencatat rugi bersih sebesar Rp19,1 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan membukukan laba bersih Rp95,02 miliar.

Sementara itu, PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memang mencatatkan kenaikan laba bersih. Namun, pencapaian laba bersih masih di bawah perkiraan analis.

Hanya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang tercatat mengalami kenaikan laba bersih dan berada di atas ekspektasi analis.

"Akan tetapi, kenaikan laba ini sepertinya juga sudah mencerminkan kinerjanya saat ini, sehingga potensi keberlanjutannya untuk sementara diragukan," ujar pengamat pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko kepada VIVA.co.id dalam pesan singkatnya, Senin 27 April 2015.

Stefanus menjelaskan, dengan kinerja "buruk" emiten pada kuartal pertama 2015, menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan juga belum akan membaik.

"Memang masih terlalu dini, karena baru beberapa emiten yang merilis kinerjanya," tuturnya.

Namun, ke depan, dia menjelaskan, tidak menutup kemungkinan adanya peluang riset dari beberapa sekuritas untuk merevisi turun atas target IHSG, beserta rekomendasi saham-sahamnya. "Itu jika nantinya memang bermasalah dengan kinerja kuartal pertama," ujarnya.

Sebelumnya, Astra mengatakan bahwa penjualan mobil tahun ini akan menurun di kisaran 5-10 persen. Kondisi ini sempat memangkas laba bersih PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) sebesar 67,07 persen dibandingkan kuartal pertama tahun 2014 menjadi Rp87,42 miliar.

Sementara itu, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankan juga melambat.

Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang kepada VIVA.co.id, mengungkapkan bahwa perlambatan KPR perbankan bukan hanya karena aturan LTV (loan to value).

Melainkan, kondisi ini akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi yang terlihat dari kelompok bank besar, yang hanya mencatatkan pertumbuhan KPR tidak lebih dari tiga persen, atau di bawah rata-rata pertumbuhan pasar sebesar 12 persen.

BNI hanya mencatatkan pertumbuhan KPR tiga persen menjadi Rp33,09 triliun. Berikutnya, CIMB Niaga tumbuh sebesar 2,3 persen, atau senilai Rp22,66 triliun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya