Orang Miskin Cenderung Punya Kualitas Gen yang Buruk

Ilustrasi DNA
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Sebuah penelitian menemukan jika stres ternyata bisa memicu kerusakan gen. Mereka mengklaim jika orang miskin memiliki kualitas DNA yang semakin menurun karena susahnya asupan dan hidup mereka.

Kesusahan hidup, menurut para peneliti, membuat orang tua yang hidup miskin cenderung stres.

Kelemahan Uji Laboratorium DNA Forensik Ditemukan

Ini merupakan hasil kesimpulan dari penelitian yang menyatakan bahwa lingkungan yang tidak menguntungkan memiliki telomeres (rangkaian DNA yang bisa menyusut akibat umur) yang pendek ketimbang yang seharusnya.

Dalam penelitian ini, dilansir melalui Huffington Post, Selasa 12 Mei 2015, ilmuwan melibatkan warga Detroit yang memiliki pendapatan kecil. Dengan tidak memperhatikan ras, ternyata mereka cenderung memiliki telomeres yang kecil ketimbang rata-rata.

"Ternyata ada efek yang cukup signifikan jika tinggal di lingkungan miskin. Bahkan, perbedaan ras memiliki dampak yang kurang lebih sama," ujar Dr. Arline Geronimus, dari Stanford Center for Advances Study.

Dalam penelitian itu ditemukan, telomeres paling pendek dimiliki oleh orang miskin berkulit putih. Sedangkan warga Detroit kulit putih yang masih masuk dalam kalangan menengah ke bawah, masih memiliki telomeres yang panjang.

Warga kulit hitam memiliki panjang telomeres yang sama, berapapun pendapatan mereka. Sedangkan warga keturunan Meksiko memiliki telomeres lebih panjang ketimbang keturunan yang punya pendapatan lebih tinggi.

"Anehnya, keturunan Meksiko yang miskin, dalam setudi ini memiliki telomeres yang lebih panjang ketimbang mereka yang kaya. Kemungkinan besar ini dipicu oleh kondisi lingkungan yang jauh dari stres," ujar Geronimus.

Telomeres sendiri adalah pelindung yang berada di ujung helai DNA kromosom, yang menjadi tempat gen. Pada usia muda, telomeres memiliki panjang sekitar 8.000 sampai 10.00 nukleotida.

Mereka diperpendek dengan setiap divisi sel, namun saat batasan kritisnya telah tercapai maka sel akan berhenti membelah dan mati. Pola inilah yang membuat sel susah untuk dikembangkan dalam lab.

Ilmuwan Mungkinkan Rekayasa Gen Embrio Manusia

Bahkan penelitian sebelumnya mengklaim mampu menghitung umur seseorang hanya dari panjang telomeres.

Penelitian ini hampir sama dengan apa yang pernah ditemukan oleh ilmuwan sebelumnya. Princeton University dan Pennsylvania State University pernah melakukan studi yang sama tahun lalu.

Kesimpulan pada penelitian lalu, lingkungan yang penuh dengan stres benar-benar bisa mempengaruhi kualitas DNA anak kecil. (ase)

Dicari, Wanita Sehat untuk Riset Bayi dengan Dua Ibu
Peneliti melakukan sampel analisa logam yang terdapat dalam kandungan air di area penampungan sementara laboratorium air Palyja, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

Teknik 'Editing Gen' Bantu Atasi Gangguan Otot Mematikan

Teknik itu sukses diuji pada tikus dan siap diterapkan pada manusia.

img_title
VIVA.co.id
5 Januari 2016