Teleskop Ini Akan Ungkap Awal Mula Waktu Alam Semesta

Giant Magellan Telescope
Sumber :
  • www.cnet.com/GMTorganization

VIVA.co.id - Jagad alam semesta masih banyak yang belum terungkap. Untuk itu, para peneliti astronomi gencar untuk mendalami dengan memanfaatkan bantuan teleskop canggih.

Ilmuwan antariksa berpikir untuk melahirkan teleskop raksasa dengan harapan akan bisa menyibak dan mengungkap masa paling awal dari alam semesta.

Dikutip dari Cnet, Rabu 13 Mei 2015, ilmuwan tengah berharap selesainya teleskop raksasa, Giant Magellan Telescope (GMT). Direncanakan, GMT akan bisa selesai kurang dari satu dekade lagi, yaitu pada 2021.

Dengan memanfaatkan keunggulan, ilmuwan yakin GMT bisa mengungkap jarak terjauh dari alam semesta hingga mengungkap awalnya waktu di alam semesta.

Terancam PHK Massal, Ratusan Karyawan Polo Ralph Lauren Demo di Depan MA

Diketahui, para astronom meyakini, ukuran alam semesta ini membentang sekitar 93 miliar tahun cahaya. Sementara itu, di sisi lain, usia alam semesta diperkirakan 13,8 miliar tahun.

"GMT akan membuat kita melongok lintasan waktu untuk melihat kelahiran bintang, galaksi, dan peristiwa yang terjadi sesaat setelah Big Bang. Melalui ini, kita bisa mencatatkan pemahaman yang lebih baik tentang asal usul kita," ujar Patrick McCarthy, direktur GMT.

McCarthy menambahkan, melalui GMT, maka peneliti bisa melihat karakteristik planet yang mengorbit bintang lain dan menentukan apakah planet tertentu bisa mendukung kehidupan atau tidak.

"GMT akan membantu kita memahami lebih baik fenomena mendasar seperti energi gelap dan materi gelap," ujar dia.

GMT nantinya akan didirikan di Las Campanas Observatory Chile dengan lahan 368 meter persegi. Hal istimewa pada GMT yaitu ukuran reflektornya yang terdiri atas tujuh lapisan cermin dengan diameter masing-masing 8,4 meter. Penampang itu akan menghasilkan pantulan di permukaan seluas 24,5 meter.

Tentu saja dengan desain yang besar tersebut, tak mudah untuk membuat GMT. Disebutkan untuk membuat teleskop itu, para ahli Steward Observatory Mirror Lab Universitas Arizona, AS mengaku susah payah mengerjakan proyek tersebut.

Peneliti mengatakan, masing-masing cermin terbuat dari 18 ton kaca ekspansi rendah (borosilikat). Kaca dimuat sepotong-potong ke dalam cetakan. Cermin dibuat dari semen silikon karbida dengan dilapisi serat keramik dan dipenuhi dengan 1.700 kotak heksagonal serat silika alumina.

Proses pembuatan

Diskriminasi Terhadap Perempuan Dalam Pekerjaan Kian Parah di Tiongkok

Dalam prosesnya, cetakan nantinya akan dilelehkan pada suhu 1160 derajat celcius dengan tungku. Proses pelelehan ini juga dilakukan untuk membentuk cermin seperti lengkungan parabola.

Pelelehan suhu tersebut dilakukan selama empat jam untuk mencairkan kaca. Begitu mencair, maka suhu akan diturunkan menjadi 900 derajat celcius.

Selanjutnya, melalui proses pendinginan yang membutuhkan waktu paling tidak tiga bulan. Setelah didinginkan, kaca akan dihilangkan dari cetakan dan kotak heksagonal juga dihapus. Proses ini membuat sepotong kaca mirip sarang lebah dengan lubang di bagian belakang.

"Tantangan teknis terbesar yang kami perkirakan yaitu kemampuan untuk membuat dan memoles segmen cermin utama. Segmen ini akan diposisikan di luat lapisan cermin dan bertindak sebagai tepi luar," kata McCarthy.

Sejauh ini, empat dari tujuh cermin telah dibuat. Sebenarnya, dengan modal tiga cermin itu, teleskop sudah bisa beroperasi. Namun, ilmuwan ingin makin optimal dengan tujuh cermin sesuai rencana.

GMT diharapkan bisa menghasilkan gambar yang setara kualitasnya dengan teleskop James Wess Space, yang merupakan penerus Teleskop Hubble. Teleskop ini dijadwalkan akan diluncurkan pada orbit rendah Bumi pada 2018.

GMT berbeda dengan teleskop yang dipasang di orbit Bumi. GMT akan memanfaatkan enam laser kuat untuk mengendalikan efek distorsi pada atmosfer. Laser itu akan menyelidiki profil suhu dan kepadatan atmosfer di atas teleskop. (art)

Starbucks Indonesia menyerahkan ribuan buku untuk anak-anak.

Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

Ribuan buku tersebut merupakan donasi dari para pelanggan Starbucks Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024