Kisah Haru Pemain Football dan Gadis 'Down Syndrome'

Mary Lapkowicz dan Ben Moser
Sumber :
  • Facebook
VIVA.co.id
'Down Syndrome', Wanita Ini Sukses Jadi Model
-
Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi
Wajah Mary Lapkowicz terlihat berseri-seri. Gaun berwarna ungu tampak pas membalut tubuh gadis berusia 17 ini. Rambut cokelat panjangnya dibiarkan tergerai.

Hari itu menjadi momen spesial bagi Mary. Tepat pada tanggal 8 Mei, ia menghadiri prom atau pesta dansa dengan seorang pria istimewa.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Pria tersebut adalah Ben Moser. Bagi Mary, Ben tak hanya sekadar teman biasa. Begitu pula bagi Ben, Mary adalah sosok khusus dalam kehidupannya.

Ketika duduk di kelas empat SD, keduanya bertemu. Saat  anak-anak lain menjauhi Mary, Ben justru bersikap sebaliknya. Meski Mary dianggap aneh karena mengalami down syndrome atau sindrom down, Ben memberikan perhatian lebih kepada gadis tersebut.

"Jika Mary terlihat tidak senang, Ben akan menghampirinya dan berbicara padanya. Ia juga akan mengajaknya untuk ikut serta beraktivitas bersama-sama. Ia selau memperhatikannya," ujar guru SD keduanya, Tracey Spogly, kepada The Patriot News.

Pada kelas enam SD, Mary dan Ben harus berpisah. Mary pindah ke sekolah Central Dauphin, tempat di mana ayahnya, Tom Lapkowicz, bekerja sebagai guru matematika.

Saat di bangku SMA, Mary membantu sang ayah mengurus tim football sekolah. Di sana, ia menjadi manajer peralatan. Tak dinyana, tahun lalu, tim football Central Dauphin bertemu dengan tim football Susquehanna, di mana Ben bermain sebagai quarterback, dalam sebuah pertandingan.

Takdir kembali mempertemukan Mary dan Ben. Pria yang kini sudah berusia 17 tahun itu pun tak melupakan janjinya tujuh tahun silam. Saat itu, Ben pernah berjanji akan mengajak Mary ke pesta dansa suatu saat.

Ben akhirnya menepati janjinya itu. "Saya menghadiahkannya balon dan mengajaknya pergi ke prom bersama saya," ujar Ben.

“Mary keren. Ia manis dan sangat mudah diajak berteman,” kata Ben.

“Dia manis dan baik,” ucap Mary memuji Ben.

Dalam video yang ditayangkan The Patriot News, Ben mengatakan bahwa sindrom down tak boleh menjadi penghalang seseorang untuk berteman. "Anda hanya harus menjadi diri sendiri, dan melakukan apa yang benar. Simpel," ujar Ben.

Rasa haru diutarakan oleh saudara laki-laki Mary, Tom Lapkowicz. Lewat Facebooknya, Tom memuji sikap Ben. Ia menilai Ben berbeda dengan anak-anak lainnya yang menjauhi Mary karena mengalami sindrom down.

“Tujuh tahun kemudian, ia menepati janjinya dan memberikan senyuman pada wajah Mary serta mengembalikan kepercayaan saya pada kemanusiaan,” kata Tom.

Sementara Lisa Troutman Moser, ibunda Ben, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya terhadap sang putra tercinta.

"Ia telah tumbuh menjadi pria berhati besar, menempatkan orang lain terlebih dahulu, dan paling penting membuat orang-orang merasa spesial dan dicintai. Hari ini dengan air mata suka cita di mata saya, saya menonton janji yang dibuat tujuh tahun lalu untuk seorang gadis cantik,” ucap Lisa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya