Sumber :
- istock
VIVA.co.id
- Peneliti menemukan hal menarik dari dampak memancarkan denyut magnetik ke otak. Studi peneliti menunjukkan denyut magnetik pada otak bisa menyebabkan religiusitas seseorang makin berkurang.
Peneliti Italia yang dipimpin oleh Cristiano Crescentini mengadakan studi ini untuk membantu memahami bagaimana mekanisme saraf di balik perasaan religius dan rasa spiritual seseorang.
Dikutip dari
Daily Mail,
Rabu 27 Mei 2015, dalam studinya, peneliti Universitas Udine, Italia, melibatkan 14 orang Katolik. Mereka diminta untuk mengikuti tes yang disebut Implicit Association Test (IAT).
Dalam IAT, peneliti meminta responden untuk memilih antara pasangan kata yang dikategorikan sebagai spiritual, non spiritual, baik, dan buruk.
Termasuk, dalam kata religius, yaitu 'jiwa', 'pengiman', dan 'Tuhan'. Sedangkan kategori kata non religius yaitu 'ateis', 'fisika', dan 'logika'.
Selanjutnya, kata kategori baik yaitu 'terampil', 'ramah', dan 'sempurna', sedangkan kata-kata yang termasuk kategori buruk yaitu 'menghujat', 'tak bermoral', dan 'skandal'.
Setelah menjalani tes tersebut, responden kemudian menjalani tekanan denyut elektromagnetik, sebelum dilakukan tes sekali lagi.
Baca Juga :
Studi: Pria Lebih Stres Saat Bersama Istri
Baca Juga :
Peneliti Klaim Punya Cara Manipulasi Gravitasi
Baca Juga :
Sel Kulit Sukses Dipakai Sembuhkan Jantung Rusak
Hasilnya peneliti menemukan, setelah prosedur itu, perwakilan spiritual dan religiusitas implisit responden tampak berkurang.
Hasil studi itu, tulis peneliti, juga bisa digunakan untuk menguji religiusitas dan spiritualitas pada budaya dan etnis lain.
Meski peneliti mengakui bahwa sampel mereka masih relatif terbatas, tetapi mereka yakin pengalaman religius dapat dikurangi dengan menarik bagian otak tersebut.
Hasil studi ini menindaklanjuti penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa tidak ada 'titik Tuhan' tunggal pada otak yang bertanggung jawab atas spiritualitas.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal
Neuropsychologia.
(asp)
Halaman Selanjutnya
Hasil studi itu, tulis peneliti, juga bisa digunakan untuk menguji religiusitas dan spiritualitas pada budaya dan etnis lain.