Jelang Ramadan, Perajin Beduk Kebanjiran Pesanan

Beduk
Sumber :
VIVA.co.id
Lazada Beri Jalur Globalkan Produk UKM Lokal
- Bulan Ramadan selalu membawa berkah bagi siapa pun, meski datangnya masih lebih dari dua minggu lagi, berkah itu sudah bisa dirasakan oleh sebagian orang. Termasuk Apong,  pengrajin beduk di Magetan, Jawa Timur. 

Tak Selesai Kuliah, Ahmed Haider Ciptakan Aplikasi Drone
Dia mengaku sudah dibanjiri berkah Ramadan dengan membanjirnya pesanan beduk saat ini, bahkan orderannya sudah mulai mengalir sejak tiga bulan terakhir. Para pemesan beduk ingin beduk pesanannya selesai saat Ramadan.

Bos Sido Muncul: Pintar Bukan Jaminan Bisa Sukses
Pengrajin beduk di Desa Sugihwaras Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan ini, sudah memiliki pasar sendiri. Meskipun tidak melakukan promosi secara besar-besaran, kualitas beduk yang dibuatnya sudah diakui di berbagai daerah di Indonesia. 

"Saya memang tidak menggunakan internet dalam memasarkan atau pemesanan beduk maupun rebana. Para pembeli biasanya datang sendiri dan melihat langsung,” kata Apong kepada VIVA.co.id, Kamis 28 Mei 2015, 

Jika dalam hari-hari biasa, sehari Apong hanya memproduksi satu beduk, dalam tiga bulan terakhhir permintaan itu melonjak. "Sekarang bisa mengeluarkan 5-6 beduk diameter satu meter sehari," lanjut Apong.

Dalam kondisi normal, beduk ukuran diameter satu meter, dikerjakan dalam tiga hari. Namun, karena banyaknya permintaan, ia harus ekstra keras menambah produksi. 

Harga Beduk ukuran satu meter dan di bawahnya, berkisar Rp6 juta. Sedang beduk diameter 1-5 hingga dua meter harga mulai Rp10 juta ke atas. Jika pemesan mengingkan warna dan suara tertentu, akan dikenakan tambahan harga. 

"Pokoknya, bulan-bulan ini harus lebih banyak kerja. Biasanya banyak pesanan begini hingga bulan qurban, permintaan ada terus," tambah pria kelahiran Bangka Belitung ini.

Selama ini, pemesan beduk buatan Apong berasal dari berbagai kota di tanah air. Tidak hanya kasawan barat, produk beduk buatan Apong juga mulai banyak diminati oleh  konsumen dari Indonesia Timur, seperti Makasar dan Manado. 

"Banten paling banyak. Hampir semua kota di Jawa, pernah memesan beduk ke saya," kata pria yang pernah menekuni ilmu membuat bedug di Taiwan dan Jepang selama 3 tahun ini.

Dari sisi produksi, Apong mengaku tidak kesulitan dalam memperoleh kayu maupun kulit yang digunakan sebagai bahan baku produksi beduk. Kayu yang biasa digunakannya adalah kayu trambesi, yang mudah didapatkan di daerah Magetan, Madiun dan sekitarnya. 

“Orang di sini, Magetan, Madiun dan sekitarnya bisanya jarang menggunakan kayu trembesi untuk bangunan rumah. Namun kayu itu justru bagus digunakan untuk beduk. Jadi kayu trembesi seperti dibuang, tetapi saya menampungnya untuk pembuatan beduk,” lanjut Apong.

Sedangkan, kulit yang yang digunakan untuk beduk adalah kulit kerbau yang biasanya didapatkannya dari Banten. "Kalau kulit ukuran lebar 180 hingga dua meter, saya pesan khusus dari Toraja. Agak susah juga mendapatkan kulit kerbau selebar itu. tetapi jarang juga orang memesan bedug ukuran 2 meter,” katanya.

Dia mengatakan, hal yang paling penting dalam membuat beduk adalah mengolah kulit kerbau, agar bisa menghasilkan suara yang diinginkan. Pengolahan kulit untuk beduk di setiap negara menurutnya pun berbeda, sehingga memiliki ciri khas masing-masing. 

"Ada bahan kimia tertentu yang bisa mempengaruhi kulit kerbau sehingga menghasilkan suara beduk tertentu," jelasnya.

Selain beduk, Apong yang dibantu oleh 3 pekerja ini juga memproduksi kendang barongsai, tambur, rebana, dan perkusi. Garansi perbaikan kayu dan kulit yang diberikan hingga lima ahun dari setiap bedug yang dijualnya .

“Tetapi setelah saya membuat bedug lebih dari 15 tahun, tidak ada yang mengeluh rusak atau minta ganti,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya