Pemerintah Dinilai Tak Tanggap Kendala Investasi Listrik

Petugas PT PLN (Persero) melakukan pemeriksaan rutin di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Taman Jeranjang. Lombok, NTB.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan dalam proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik yang selama ini direncanakan pemerintah, Jepang adalah negara yang paling berminat untuk menanamkan modalnya.

Hal ini dilihat, berdasarkan catatan BKPM selama Januari-Maret 2015, dana investasi yang akan digelontorkan negeri Sakura tersebut senilai US$3 miliar dari tiga perusahaan.

Belum lagi, saat April 2015 kemarin, investasi di sektor tersier pada kuartal I-2015 senilai US$1,64 miliar.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis mengatakan, meski banyak investor asal Jepang yang menyatakan minat untuk berinvestasi, para investor tersebut juga masih meragukan beberapa hal jika nantinya jadi melakukan investasi di Indonesia.

Keraguan para pemodal tesebut, kata Azhar, yakni belum adanya campur tangan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung.

"Para investor ini butuh jaringan transmisi untuk menyalurkan listrik mereka, misalnya ke PT PLN. Tapi, PLN sendiri belum tahu kapan akan membangun sarana ini, jadi ini yang menjadi salah satu penghambatnya," ujar Azhar, di kantornya, di Jakarta, Senin 1 Juni 2015.

Azhar menjelaskan, para investor asal Jepang tersebut sejauh ini sudah menyatakan kesiapannya untuk menanamkan modal. Tetapi, terhambat pada faktor-faktor teknis yang terjadi dalam pembangunan proyek ini.

Salah satunya, adalah masalah pembebasan lahan. Karena, dalam investasinya, Jepang akan fokus menjajaki sektor tersier di bagian infrastruktur.

Dengan adanya permasalahan tersebut, lanjut Azhar, dia meminta kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teknis.

Bank Mandiri Jadi Penyalur Investasi Asing ke Daerah

Karena, menurutnya, jika pemerintah dirasa sudah matang dalam proses pembangunan proyek ini, para investor bisa dengan cepat merealisasikan investasinya.

"Pemerintah harus bisa memfasilitasi dan mengakomodasinya. Jadi, sepertinya investasi Jepang selalu begitu, bukan dari korporasinya yang menghambat. Contohnya, Batang yang sebesar dua kali 1.000 Megawatt. Bahkan, investasi listrik Jepang di Cirebon sedang dibangun, mereka intinya bisa realisasi dengan cepat kalau faktor eksternalnya didukung," katanya.

Dia menambahkan, jika investasi ini bisa terealisasi, pembangunan pembangkit tenaga listrik di Indonesia pun bisa segera tercapai.

Karena, menurut Azhar, realisasi investasi Jepang juga terbilang cukup tinggi, sekitar 51 persen.

"Kalau begini terus, tidak segera diatasi, investor listrik tidak akan merealisasikan proyeknya. Padahal, dari Jepang banyak peminatnya. Jadi bisa dikatakan, investasi ini masih hanya sebatas minat, itu yang kami sayangkan," ujarnya

Pekerja memasang kawat baja sebelum pengujian tower transmisi listrik milik PLN. Foto ilustrasi

34 Proyek Pembangkit Listrik Mangkrak, Negara Merugi

Sari 34 proyek ada 12 proyek tidak bisa berlanjut.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016