Batik Tulis Yogya Kian Tergusur Produk Asing

batik tulis
Sumber :

VIVA.co.id - Serbuan batik cetak impor asal Tiongkok berdampak buruk bagi perajin batik tulis maupun batik cap nasional. Ini terlihat pada sentra perajin batik tulis di Dusun Bergan, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, DIY.

Saat ini, penduduk yang 80 persen adalah perajin batik tulis mulai banyak yang menganggur. Padahal 7 tahun lalu, perajin batik sampai kewalahan melayani permintaan pasar.

"Dasyat sekali dampaknya batik printing dari China masuk ke Indonesia. Jika tidak ada kebijakan signifikan dari pemerintah maka perajin batik akan mati satu persatu,"kata Sukarman, pemilik Galeri SIDJI Batik di Dusun Bergan, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul, Yogykarta, Senin 15 Juni 2015.

Ia menjelaskan, saat ini masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan batik printing ataupun yang lebih mahal batik cap karena harganya relatif terjangkau. Satu potong kain batik printing yang sudah jadi baju harganya dibawah Rp100.000, namun satu potong batik tulis minimal harganya Rp400.000 dan yang harga premium mencapai diatas Rp1 juta.

"Harga satu potong kain batik tulis yang mahal ini membuat pasar batik tulis sangat terbatas dan hanya dijangkau oleh orang yang berduit tebal,"kata dia.

Sukarman mengatakan usaha batik tulis yang digelutinya sejak tahun 1990-an sempat mengalami booming pada tahun 2010 dengan pesanan atau order mencapai 400 potong batik tulis per bulannya untuk pangsa pasar luar negeri.

"Untuk pemesanan batik tulis dari dalam negeri masih terbatas kota-kota besar seperti Jakarta. Batik tulis kurang laku di Bali karena harganya yang mahal. Padahal biasanya wisatawan membeli baju batik hanya untuk oleh-oleh,"kata pria yang memiliki tujuh pembatik.

Saat ini di Dusun Bergan baru ada delapan galeri batik. "Dalam waktu dekat ini mendapatkan pesanan 1.000 meter kain batik tulis dari PT. Avrist Assurrance (Avrist) salah satu perusahaan asuransi yang pusatnya di Jakarta untuk seragam karyawannya. Selain itu Avrist juga memesan batik tulis untuk hadiah dengan kelas batik premium dengan harga per potong sebesar Rp900.000," ujarnya.

Lestarikan Batik Tulis

Ini Misi Ekspor Pertama Enggar Jabat Mendag

Perry M Dialah, President Director Avrist Assurance, mengatakan  sengaja membuat seragam untuk 40 karyawannya dengan batik tulis bertepatan dengan 40 tahun perusahaannya terjun di bidang asuransi.

"Harapan kami selain melestarikan budaya batik namun juga mendongkrak penjualan batik tulis yang kini tergusur oleh batik printing produk China," ujar Perry saat mengunjungi galeri milik Sukarman.

Tak hanya memesan batik tulis untuk seragam karyawan dan hadiah, perusahaan Perry juga memberikan bantuan seperangkat alat untuk membatik kepada perajin batik di Dusun Bergan ini.

"Saya berharap kegiatan seperti membawa dampak positif bagi perajin batik di Dusun Bergan dan mereka terus berinovasi dan berkreasi dalam mengembangkan produksi batik tulisnya," kata Perry. (ren)

Kementerian ESDM Perpanjang Izin Ekspor Freeport?

Freeport diketahui telah ajukan perpanjangan sebelum Lebaran lalu.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016