- http://www.dubayblog.com
VIVA.co.id - Kita tentu tidak asing dengan tiga jenis buah ini. Kurma, manggis dan cempedak. Ketiganya sering kita konsumsi di berbagai kesempatan.
Namun ternyata, buah-buahan itu selain enak dimakan juga memiliki nilai filosofi yang berguna bagi kehidupan manusia. Simak kisah di bawah ini.
Cobalah kecap buah kurma, walau tak harum baunya, tapi lezatnya luar biasa. Kurma mengajarkan kita, agar jangan takut mencoba sesuatu yang baru walau tak ada semerbak aromanya yang mengundang selera.
Janganlah mencoba sesuatu, hanya karena ada iming-iming atau janji uang diawal. Jika niatmu berjuang maka kesampingkanlah uang.
Begitu juga dengan buah manggis, tak ada aroma darinya, yang membuat lidah ini bergoyang. Namun, jangan seperti kera, baru saja dia kupas kulitnya, spontan ia lempar, karena rasanya yang pahit.
Lihatlah, kulit manggis yang pahit kini menjadi obat yang banyak diperebutkan dan digemari. Ternyata, tidak semua yang pahit itu getir. Sama seperti sebuah pepatah. "Tidak semua yang berkilat itu emas."
Jangan menilai sesuatu hanya dari kulit dan penampilannya, dalami dan kuliti dulu isinya, siapa tau ada rasa surga di dalamnya.
Para pakar mengatakan, "Don't judge the book from the cover". Jangan menilai buku dari sampulnya. Tampilan luar penting, tetapi isi, nggak kalah penting.
Lalu bagaimana dengan buah cempedak? Harum buahnya membuat tak tahan hidung ini. Bahkan tak sabar gigi ini mengunyahnya. Walau cempedak semriwing baunya, tetapi kurang enak rasanya jika tak dibaluri tepung dahulu, lalu digoreng. Jadilah ia kue gegodo.
Sangat nikmat rasanya jika ditemani teh, apalagi di santap di depan teras saat hujan turun, lumayan bisa menghangatkan tubuh.
Ini semua mengajarkan kita, bahwa sesuatu yang sudah baik, bukan berarti tak ada usaha kita lagi untuk memperbaikinya dan mengembangkannya.
Saat belajar di Gontor, ada sebuah kata mutiara yang menjadi motivasi para santri untuk tidak berhenti dalam inovasi dan kreasi yaitu "Even the best can be improved." Walau sudah menjadi yang terbaik, tetap masih bisa ditingkatkan."
Renungan ini ditulis oleh Ustad Faisal Kunhi, MA (Alumni Ponpes Gontor, Korps Da’i PKPU, pernah bertugas Duta Dai PKPU ke Korea Selatan dan Jepang).