- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bias ke bawah. Risiko pasar keuangan global pun masih tinggi.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, di Jakarta, Kamis, 18 Juni 2015, mengatakan, potensi bias ke bawah itu terutama didorong perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya.
"Kondisi itu seiring revisi ke bawah realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika pada triwulan I-2015," ujar Tirta.
Tekanan terhadap perekonomian Amerika dipengaruhi penguatan dolar AS yang berdampak pada menurunnya kinerja sektor eksternal serta melemahnya investasi, khususnya di bidang energi.
"Hal ini mendorong terus berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di Amerika, baik dari sisi waktu maupun besarannya," katanya.
Tirta menjelaskan, perlambatan ekonomi juga dialami Tiongkok, meski negara itu melakukan berbagai kebijakan pelonggaran untuk menahan perlambatan ekonominya.
Sebaliknya, perekonomian Eropa diperkirakan membaik, ditopang pelonggaran kondisi moneter dan keuangan yang cukup efektif, meski dibayangi risiko terkait dengan tingginya kekhawatiran kondisi negosiasi fiskal Yunani (Grexit).
Perekonomian dunia yang melambat berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun, meski harga minyak dunia mulai meningkat secara gradual.
"Sejalan dengan risiko Grexit dan ketidakpastian kenaikan suku bunga FFR di Amerika, risiko di pasar keuangan global masih cukup tinggi, yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portofolio dari emerging market, termasuk dari Indonesia," ujarnya.