Kisah Teladan Bilal bin Rabah

Mengucap syukur.
Sumber :
VIVA.co.id -
Sebaik-baiknya Hadiah dan Kado
Siapa yang tidak ingin memperoleh kebahagiaan. Semua orang tentu ingin hidupnya selalu dalam keadaan bahagia, bebas dan tiada beban sedikitpun.

Tips Bijak Agar Tak Terlilit Utang

Namun, tahukah kita bagaimana cara memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya? Berikut rahasianya.
Salat Tapi Terus Bermaksiat


"Orang akan mencapai kebahagiaan, jika hidupnya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama," ujar seorang khatib di Masjid Islamic Center Kota Lhokseumawe, Aceh, Tgk. Mustafa Abdullah, dalam khotbah Jumat, 19 Juni 2015.


Dia mengatakan, kebahagiaan tidak diukur dengan uang, kekayaan, pangkat, kedudukan maupun jabatan. Kebahagiaan juga tidak diukur dengan kecantikan, ketenaran, serta kesehatan. Menurutnya, bahagia terletak pada hati yang pandai bersyukur.


"Orang yang mukmin, tulus, ikhlas pandai bersyukur, meski sakit dan tinggal di gubuk, tetap bersyukur. Bahagia itu tidak bisa dibeli dengan uang, harta, pangkat, dan jabatan, bahagia ada dalam mahligai iman," ujar penceramah tersebut.


Bilal bin Rabah


Mustafa Abdullah, mencontohkan kisah Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam yang taat pada agama. Katanya, meski dipukuli hingga keluar darah dari mulutnya, Bilal tetap merasakan kebahagiaan, karena pada saat itu ia masih bisa bersyukur.


Bilal bin Rabah dikenal sebagai seorang budak berkulit hitam. Pada zaman Rasulullah, Bilal dikenal sebagai muazin dengan suara yang sangat indah. Karena ia merupakan seorang budak dan berkulit hitam, Bilal sering mendapat perlakuan buruk dengan cara disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy.


Bilal dipaksa mengingkari agama Islam dan dipaksa untuk tidak mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Meskipun sering menerima siksaan yang begitu berat, Bilal sama sekali tidak berpaling dari agama Islam. Ia tetap bersyukur meski sedang dalam keadaan menderita.


Mustafa Abdullah mengatakan, bulan puasa adalah kesempatan kita untuk mempertebal keimanan dan memperoleh kebahagiaan. Menurutnya, orang yang tidak bahagia seperti senter baru yang tidak memiliki baterai.


"Agar senternya hidup, nyala dengan terang, maka sempurnakan dulu senternya dengan baterai. Ramadhan adalah kesempatan kita untuk melengkapi 'senter dengan baterai'. Ramadhan adalah bulan penghapus dosa, tidur menjadi ibadah, nafas menjadi tasbih," ujar Tgk Mustafa Abdullah. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya