Cabai, Sirih dan Kisah Tarawih Etnis Rohingya

Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin bersama imigran Rohingya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

VIVA.co.id - Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin menggelar berbuka puasa bersama dengan ratusan pengungsi rohingya di Desa Blang Ado, Aceh Utara, Kamis 18 Juni 2015.

Sejumlah pengungsi terlihat antusias dan bersemangat menyambut buka puasa pertama mereka di Indonesia.

Beberapa di antaranya, bahkan sempat menyampaikan keluh kesah dan permohonan kepada Illiza. “Mereka (pengungsi) hanya minta makannya pakai cabai, yang pedas. Pokoknya makanannya yang pedas, asin, nggak mau yang manis,” kata Illiza, Jumat 19 Juni 2015.

Tak cuma itu, dari percakapan Illiza dan pengungsi, etnis muslim asal Myanmar ini juga berharap ada sirih bagi mereka. Ya sirih, sebuah penganan khas untuk laki-laki maupun perempuan Rohingya.

"Makan sirih sudah menjadi budaya sendiri bagi Rohingya," ujarnya.

Perjuangan Tarawih

UNHCR Apresiasi RI soal Pengungsi Rohingya

Gelar berbuka bersama bagi pengungsi Rohingya ini, sepertinya banyak memberi pesan kepada Illiza.

Dalam ceritanya kepada Wali Kota Banda Aceh tersebut, sejumlah pengungsi menceritakan kisah mereka saat di Myanmar ketika Ramadhan.

“Untuk salat tarawih saja mereka harus ke India, menempuh jarak yang cukup jauh, mereka butuh tumpangan mobil untuk ke sana. Tapi mereka tidak patah semangat, tetap melaksanakan salat,” kata Illiza.

Ia pun sontak mengaku kagum, sekaligus merasa malu melihat perjuangan mereka. Maklum, di Indonesia yang hidup serba kecukupan justru banyak yang lupa beribadah.

“Kita akses tempat ibadah mudah, jaraknya dekat, namun masih juga mengingkari Allah, ini tentu ujian bagi kita semua,” katanya.

Presiden Myanmar Htin Kyaw bersama Aung San Suu Kyi

Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya

Caranya mengubah secara radikal kebijakan dan praktik kekerasan.

img_title
VIVA.co.id
15 April 2016